MARWIYAH (46) sempat putus asa. Ibu dua anak ini divonis mengidap tumor payudara setahun yang lalu. Namun dia bertahan, karena harus merawat putrinya yang mengalami kebutaan.
Rumah Marwiyah berada di lorong-lorong kecil, di Jl. Obadiri samping Polres Sorong Kota, Sorong. Dia menyewa rumah berukuran 3x4 m berlantai dua, beralaskan tikar merah yang ditinggalinya bersama suami dan dua orang anak.
Saat ditemui Radar Sorong, Senin (27/6), Marwiyah yang hanya mengenakan kaos dan jilbab besar yang menutupi tubuhnya, menceritakan kondisi awal ia mendapatkan penyakit tumor tersebut. Nyeri, itu yang dirasakan pertama kali. Namun, karena tidak menghiraukannya, nyeri itu berubah menjadi sebuah benjolan. "Awalnya nyeri, lama kelamaan jadi benjolan,"ucapnya.
Mencari tahu benjolan tersebut, ia memutuskan untuk berobat, dan saat di rumah sakit ia diberitahu bahwa, penyakit yang berdiam di tubuhnya adalah tumor. "Itu tumor, tapi belum ganas, cuma tergantung makanan yang dimakan bisa mengubah tumor tersebut menjadi lebih ganas," katanya.
Mendengar vonis dokter atas penyakit yang dideritanya, hal yang terlintas dipikirannya hanya Kurnia (17) anak gadisnya yang mengalami kebutaan, akibat kecelakaan yang dialami beberapa tahun lalu. "Saya hanya pikir anak saya, dia mau ke mana, tidak bisa melihat, makan pun harus diambilkan," ucapnya dengan meneteskan air mata.
Demi bertahan hidup, uang koperasi terpaksa diambil untuk mengobati penyakitnya, namun tak kunjung sembuh, bahkan bertambah parah. Parahnya lagi, pembayaran koperasi yang ia ambil untuk biaya pengobatan tidak dapat ia lunasi. Dikarenakan pendapatan yang ia peroleh dari hasil ojek suami dengan menggunakan motor sewaan, harus digunakan untuk biaya pengobatan.
Sejak mengalami kecelakaan, Kurnia sempat diobati. Lagi-lagi, kondisi keuangan menjadi kendala pengobatan. Pengobatan berhenti, dan penglihatannya lambat laun memudar, mengakibatkan ia tidak dapat melihat selama setahun lebih. Dan selama itu pula, ia akhirnya berhenti bersekolah. "Ini tidak bisa melihat sama sekali, kalau yang ini masih bisa melihat cahaya sedikit saja,"ucap Kurnia sambil menunjuk kedua matanya.
BPJS yang ada pun kini sudah tidak berlaku, karena tidak adanya biaya untuk membayar iuran bulanannya. Kondisi yang memprihatinkan. Ditambah lagi dengan bantuan pemerintah yang tidak pernah ia peroleh. "Kami tidak pernah dapat bantuan apapun dari pemerintah," ucapnya lirih. (namirah hasmir/adk/jpnn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar