Kamis, 30 Juni 2016

Kisah Mereka yang Selamat dari Penembakan Teroris di Bandara Turki

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seorang wartawan asal Amerika Serikat, Steven Nabil, mengaku sempat berpapasan dan bertatap muka dengan seorang teroris yang beraksi di Bandara Ataturk, Istanbul, Turki. Saat terjadi serangan itu Nabil hendak terbang kembali ke New York, Amerika Serikat, setelah melakukan bulan madu di Turki.

Istri Nabil ikut menjadi korban luka dalam peristiwa itu. Pada saat terjadi serangan, Nabil dan istrinya sempat terpisah di sebuah cafe karena ia pergi ke tempat lain untuk membeli pizza.

Wartawan freelance itu awalnya mengirimkan pengalaman dramatik itu melalui Twitter. "Kami bersembunyi di toilet sebuah salon. Selama 45 menit kami seperti bebek lumpuh, menunggu seseorang menemukan kami dan membuka pintu."

Nabil menjelaskan sempat meninggalkan istrinya di bagian bawah sebuah cafe karena ia harus naik ke lantai tiga untuk membeli pizza. Saat itu ia mendengar suara tembakan.

Tak ayal Nabil segera berlari kembali ke tempat sang istri menunggu. Namun tempat itu telah kosong dan seorang teroris tengah memberondongkan tembakan.

Pria berdarah Irak-Amerika tersebut mengaku pada saat itu beratap muka dengan seorang teroris. Nabil kemudian membawa istrinya yang terluka bersembunyi di sebuah salon. "Teroris tengah beraksi ketika kami bersembunyi di tempat itu. Kami nyaris tak lolos dari serangan," katanya.

Seorang wanita Jerman bernama Duygu, menceritakan ketika terjadi serangan tengah menjalani pemeriksaan paspor di konter imigrasi. Ia langung tiarap ke lantai ketika mendengar suara ledakan.
"Semua orang berlarian. Di mana-mana ada ceceran dan genangan darah. Aku melihat lubang peluru di pintu," katanya ketika ditemui di luar bandara.

Hevin Zini (12), yang baru saja tiba dari Dusseldorf, Jerman, bersama keluarganya, menangis karena terkejut mendengar suara tembakan dan ledakan. "Ada darah di lantai. Semuanya diledakkan. Jika kami tiba di tempat itu lebih cepat dua menit, bisa saja kami ikut jadi korban," kata keluarganya.

Seorang warga Afrika Selatan, Judy Favish, mengaku menghabiskan dua hari di Istanbul, dalam perjalanan pulang dari Dublin (Irlandia). Begitu mendengar suara tembakan dan ledakan, ia bersembunyi di bawah meja.

Polisi segera mengevakuasi para wisatawan yang berkumpul di terminal keberangkatan. Kelompok wisatawan lainnya yang masih berada di luar bandara diminta menunggu di trotoar, selanjutnya dibawa kembali ke Kota Istanbul yang jaraknya 12 mil dari bandara. (dailymail/feb)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search