Minggu, 12 Juni 2016

Kisah Petani Timor Leste Jadi Pekerja Musiman Australia

REPUBLIKA.CO.ID, KIMBERLEY -- Jarak antara Timor Leste ke Kimberley Timur, Australia Barat mungkin hanya beberapa ratus kilometer. Tetapi bagi warga Timor Leste yang datang ke sana, dua dunia itu tampak terpisah.

Sebanyak 10 pria Timor Leste berada di antara orang pertama yang melakukan perjalanan ke Kununurra di ujung utara Australia Barat, untuk bekerja di lahan pertanian, di bawah Program Pekerja Musiman. Ketika mereka tak sibuk menghabiskan stok lele di Ord Valley, 10 pria ini sibuk memilih dan menyiangi tanaman seperti chia.

Salah satu pekerja, Carlito Gabriel mengatakan hanya sedikit yang bisa dibandingkan dari peternakan di Timor Leste dan Kununurra.

"Ini sangat, sangat berbeda karena petani di Timor Leste. Mereka menanam labu, kacang di satu lahan. Pertaniannya kecil, sekitar satu atau dua hektare untuk satu keluarga saja. Mereka menanam untuk dimakan, bukan hanya untuk dijual," jelasnya.

Carlito mengatakan, sistem irigasi khas Ord Valley adalah pemandangan yang mengesankan bagi para pekerja musiman. "Di Timor Leste, kami tak pernah menggunakan pipa seperti ini untuk mengairi pertanian. Australia memiliki pertanian dengan gaya yang sangat modern," akunya.

Program Pekerja Musiman dimulai pada 2012 dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi sembilan negara Kepulauan Pasifik dan Timor Leste yang berpartisipasi. Selain kerja praktik, pekerja musiman memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam pelatihan tambahan bahasa Inggris, IT dan pertolongan pertama yang didanai oleh Pemerintah Australia.

Seperti anggota kelompok lainnya, Carlito mengatakan ia bergabung dengan program ini untuk memperbaiki kehidupan keluarganya di Timor Leste.

"Keluarga saya tak mendapatkan banyak uang dari pertanian. Saya bisa mendukung mereka dengan uang yang saya peroleh dari Australia," tuturnya.

Pekerja musiman asal Timor Leste ini dibawa ke Kununurra oleh kontraktor buruh tani Rowen Clarke dan istrinya Rebecca, yang sebelumnya tinggal di negara Asia Tenggara. "Ini berbeda dari visa lain yang saya ketahui. Mereka bisa keluar dari tahun ke tahun, sedangkan pada prosedur umum, visa hanya dikeluarkan satu kali," ujar Carlito.

"Kami berharap agar semua pria ini kembali lagi tahun depan dan setiap tahunnya, jika ada pekerjaan," imbuhnya.

Rowen mengatakan, Program Pekerja Musiman relatif kecil di Australia, dengan hanya sekitar 2.000 pekerja di sini dibandingkan dengan sekitar 10 ribu pekerja di Selandia Baru. Namun ia mengatakan, itu bisa berubah tergantung pada keputusan Pemerintah Federal mengenai pajak backpacker yang diusulkan akhir tahun ini.

Datang dari Timor Leste yang tropis, kelompok pekerja ini biasa bekerja di luar ruangan dalam kondisi panas mirip dengan cuaca di Kimberley Timur. "Jumlah pekerjaan yang bisa mereka lakukan dalam satu hari, dibandingkan dengan backpackers. Tak mengecilkan backpackers, tapi itulah kondisinya," sebut Rowen.

Ia mengatakan, ia ingin mengambil tenaga kerja dari desa-desa miskin di Timor Leste untuk menyebarkan manfaat keuangan dari program ini lebih lanjut.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search