BERITA TERKAIT
-
Alpha Zetizen of the Year 2016: Persaingan Ketat Menuju Terbaik
-
170 Alpha Zetizen Perebutkan 34 Tiket Adventure ke New Zealand
-
Besok, Pengumuman Finalis Kompetisi Zetizen Menuju Selandia Baru
-
Aksi Positif dan Inspiratif dari Peserta Zetizen National Challenge (2-Habis)
Lahir dengan disabilitas fisik (Tuli) tak membuat Gustian Hafidh Mahendra patah semangat. Alpha Zetizen of the Year asal Jogjakarta itu memanfaatkan keterbatasannya dengan mendirikan kelas bahasa Indonesia bagi para penyandang Tuli.
DIANA HASNA - INDRIANI PUSPITANINGTYAS
---
DI dunia mereka yang sunyi, tulisan merupakan satu-satunya hal yang bisa menghubungkannya dengan dunia luar Jika ingin berkomunikasi, mereka harus bisa menulis dan menyusun kata demi kata menjadi kalimat. Memang ada bahasa isyarat. Tapi, tidak semua orang paham.
Penggunaan bahasa isyarat sering terbolak-balik dengan bahasa lisan pada umumnya. Susunan kalimat SPOK (subjek, predikat, objek, dan keterangan) bisa saja terbalik menjadi objek, predikat, keterangan, dan baru kemudian subjek. Itu menyulitkan penyandang Tuli untuk berkomunikasi. Terlebih pada era sekarang, saat chatting lebih trendi ketimbang berkomunikasi secara langsung. Satu-satunya cara supaya survive di pergaulan ya harus bisa memahami bahasa tulisan dengan baik.
Hafidh memilih kelas bahasa Indonesia karena prihatin melihat kurangnya kemampuan para penyandang Tuli dalam berbahasa Indonesia. Bahkan, banyak temannya yang menganggap menguasai bahasa Indonesia tidak penting. "Masalah utama teman-teman Tuli itu dalam hal komunikasi. Apalagi, penerapan bahasa isyarat ke dalam bahasa lisan atau sebaliknya bisa menimbulkan makna yang berbeda," ujarnya dengan menggunakan bahasa isyarat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar