Minggu, 23 Oktober 2016

Kisah Pemulung di TPA Cikolotok

INILAH, Purwakarta - Keberadaan Tempat pembuangan sampah akhir (TPSA), mungkin dianggap sebagai gunung emas bagi para pemulung. Karena, di lokasi itu mereka bisa mengais rezeki meskipun harus berjibaku dengan sampah dan terkadang mempertaruhkan kesehatannya.

Seperti di TPA Cikolotok, yang lokasi di Desa Margasari Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Purwakarta misalnya. Di lokasi itu, ada ratusan pemulung yang biasa mencari nafkah lewat gunungan sampah tersebut.

Aktivitas mereka ini mungkin bisa sangat berbahaya. Apalagi, bagi kesehatan. Karena, hampir setiap harinya para pemulung ini bersentuhan langsung dengan sampah yang tak jarang juga bercampur limbah B3.

Aminah, (45), salah seorang pemulung di lokasi itu mengaku, setiap hari dirinya berjibaku dengan sampah untuk mencari barang bekas yang bernilai ekonomis. Karena, dari barang rongsok itu dirinya bisa mendapatkan penghasilan. Mungkin alasan dirinya hanya satu, yang terpenting dapur tetap 'ngebul'.

"Ya beginilah akivitas kami. Lokasi ini menjadi tempat untuk menggantungkan hidup. Setiap hari, kami berada di sini untuk mencari barang bekas yang bisa kami jual," ujar Aminah, Minggu (23/10/2016).

Dia mengaku, sampai saat ini ada sekitar 130 warga termasuk dirinya yang menggantungkan nasibnya di TPA Cikolotok ini. Setiap hari, mereka rela menghirup bau sampah. Tapi, karena sudah terbiasa, bau sampah ini sudah tak dirasakan lagi. Para pemulung ini, tetap enjoy memungut limbah yang masih memiliki nilai ekonomis.

Bahkan, teriknya matahari yang begitu terasa menyengat di kulit tak menyurutkan semangat para pemulung ini untuk mencari nafkah di lokasi itu. Dengan telaten dan penuh kesabaran, mereka terlihat tetap melanjutkan pekerjaan untuk memungut barang bekas di gunungan sampah itu.

Namun, ada sedikit kekhawatiran juga di benak Aminah dan rekannya. Mereka takut, kesehatannya terganggu. Meskipun, sampai saat ini belum ditemukan satu pun dari pemulung yang menderita penyakit kronis.

"Alhamdulillah, belum ada yang terkena penyakit membahayakan. Meskipun setiap hari kami berjibaku dengan sampah. Selain itu, kami juga sering memeriksakan diri ke dokter," seloroh dia.

Menurut dia, selama ini penyakit yang diderita para pemulung itu hanya sebatas luka luar. Misalnya, luka akibat tergores benda tajam. Tapi, untuk pengobatan seperti itu biasanya hanya pakai obat kampung.

Dia menambahkan, yang menjadi problem bagi para pemulung di TPA itu yakni soal keberadaan air bersih yang kurang mamadai. Makanya, pihaknya berharap pemerintah bisa membantu terkait hal tersebut.

Sementara itu, beberapa waktu lalu Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi sempat mengundang ratusan pemulung ini ke kantornya. Pertemuan yang dikemas dalam makan bersama ini, pihanya ingin mendengar keluhan dari mereka sekaligus memastikan kondisi kesehatannya.

"Kesehatan mereka sudah terjamin. Karena, petugas kami sering melakukan pemeriksaan kesehatan mereka," ujar Dedi.

Tak hanya memastikan kondisi kesehatan para pemulung tersebut, dalam kesempatan itu, pihaknya pun merencanakan untuk menata rumah singgah mereka di TPA Cikolotok. Kedepan, rumah singgah mereka tak lagi berbentuk saung beratap terpal.

"Nanti rumah singgah mereka akan ditata. Kemungkinan, akan dimulai awal 2017 mendatang," jelas dia.

Adapun tipe bangunannya, sambung dia, akan menggunakan konsep rumah adat. Yakni, menggunakan bahan dari bambu.‎ Rencananya, rumah singgah yang akan dibangun sebanyak 70 unit. Asumsinya, satu rumah singgah dihuni tiga keluarga.

"Rumah ini hanya persinggahan saja selama mereka memulung. Karena, mereka pun kebanyakan sudah punya rumah sendiri di sekitar kampung itu," tambah dia.

Selain membuat rumah singgah, tambah dia, pihaknya pun akan membuatkan sebuah bak penampungan untuk sarana air bersih bagi mereka. Karena, hal tersebut pun menjadi salah satu problem bagi para pemulung selama di lokasi itu. [jek]

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search