Selasa, 14 Februari 2017

Kisah Juara Bertahan Yang Berjuang Hindari Jerat Degradasi, Bukan Cuma Gara-gara Kante ...

Sepakbola.com, Leicester – Musim 2015-2015 sepertinya akan selalu dikenang oleh pecinta sepakbola. Di musim tersebut ada kisah menarik dimana sebuah klub kecil di Inggris mampu menjuarai Liga dan mematahkan banyak teori.

Leicester City yang ditukangi pelatih gaek asal Italia, Claudio Ranieri membuat dongeng yang sangat indah di musim lalu. Dengan bermodal pemain "medioker" mereka mampu menaklukan salah satu liga terbaik di dunia.

Namun, di musim ini kondisinya sungguh berbeda untuk Si Rubah. Memasuki pekan ke-25, Jamie Vardy dan kawan-kawan berada di posisi ke-17 atau hanya satu tingkat dari zona degradasi.

Rindu sosok Kante

Leicester City Berjuang Lolos Dari Jeratan Degradasi

Banyak yang bilang bahwa faktor kunci jebloknya penampilan Leicester di musim ini adalah hengkangnya N'Golo Kante ke Chelsea di awal musim. Persepsi itu ada benarnya, tapi ada banyak faktor lain sebenarnya.

Tak bisa dimungkiri, hengkangnya Kante seperti mengurangi separuh kekuatan Leicester terutama di lini tengah. Peran pemain bertnggi 170 cm sebagai breaker dan gelandang pengangkut air di lini tengah The Foxes begitu krusial di musim lalu.

Peran Kante sebagai perebut bola dan pemain pertama yang memulai serangan tak ada lagi yang bisa memerankan di musim ini. Nampalys Mendy yang diproyeksikan menggantikan Kante tampil tak memuaskan.

Mahrez dimatikan = Game over

Leicester City Berjuang Lolos Dari Jeratan Degradasi

Selain itu, skema 4-4-2 konvensional yang diterapkan Ranieri mudah sekali terbaca di musim ini. Serangan mereka selalu terfokus pada Riyad Mahrez. Jika Mahrez dimatikan maka pasokan bola untuk Jamie Vardy dan Islam Slimani juga praktis tak ada.

Lini belakang keropos

Leicester-City-v-Newcastle-United
Menuanya Wes Morgan dan Robert Huth menambah sulit langkah Leicester City berjuang lolos dari jeratan degradasi..

Kemudian, komposisi pertahanan Leicester City yang musim lalu begitu lugas juga mengalami penurunan yang drastis. Duet Wes Morgan-Robert Huth begitu tangguh di musim lalu. Namun, di musim ini usia tak bisa bohong untuk keduanya.

Huth dan Morgan lebih sering dicundangi lawan-lawannya dari pada tampil apik di musim ini.

Faktor Liga Champions

FC Porto v Leicester City FC - UEFA Champions League

Faktor lain yang membuat Leicester jeblok adalah kewajiban mereka untuk tampil di Liga Champions. Meski tampil cukup apik di kompetisi ini dengan mampu lolos sebagai juara grup, tapi di laga terakhir ketika melawan Porto mereka dibantai 5-0.

Kelolosan The Foxes dari fase grup bisa dibilang juga "dibantu" dengan lawan-lawan mereka yang terhitung mudah untuk dikalahkan. Genk, Kopenhagen dan FC Porto memang tak memiliki sejarah panjang di Eropa hingga membuat Leicetser mulus melaju.

Kini, Liga Inggris tinggal menyisakan 13 pekan lagi. Masih ada kesempatan jika Leicester mampu paling tidak bertahan di Premier League. Namun, perubahan harus dilakukan oleh Ranieri jika timnya tetap mau bertahan. Atau mungkin saja justru perubahan itu ada di kursi pelatih. Kita lihat saja bagaimana nanti manajemen Leicester City menyikapi masalah ini.

Penulis: Hery Kurniawan/Editor: Rudi Purwantoro

Komentari Artikel Ini

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search