Rabu, 05 April 2017

Inilah Kisah Perbincangan Terakhir Ibunda TKI Asal Magelang Yang Tewas di Malaysia

TRIBUNJATENG.COM, MAGELANG -- Tenda masih berdiri di halaman rumah. Pelayat datang silih berganti menyampaikan ucapan belasungkawa kepada orang tua dan keluarga Imam Widiyanto (27) yang diselimuti kecemasan menanti kepulangan jenazah Imam. 

Imam merupakan warga Dusun Dawung, Desa Banjarnegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Ia dikabarkan meninggal setelah kapal tempatnya bekerja mengalami kecelakaan di perairan Sarawak, Malaysia, Kamis (30/3/2017).

Widi Khoirul Umam (21), adik kandung almarhum Imam menuturkan, keluarga menerima kabar kakaknya menjadi salah satu korban kecelakaan kapal di Malaysia pada Sabtu (1/4/2017) dari Ketua RT setempat. Di kapal tongkang tersebut Imam bekerja sebagai anak buah kapal (ABK) sejak tiga bulan lalu.

"Kami dikabari Pak RT kalau kakak saya meninggal karena kapal tempat dia bekerja tabrakan dan meledak. Pak RT dapat informasi dari teman kakak saya dan agen penyalur tenaga kerja," jelasnya.

Mendengar kabar tersebut, keluarga terguncang. Mereka ingin jenazah Imam segera dibawa pulang untuk dimakamkan secara layak. Namun keinginan keluarga tidak serta merta terwujud, sebab prosedur pemulangan jenazah dinilai rumit dan lama.

Dari informasi yang diperoleh dari agen penyalur, pemulangan jenazah harus melalui proses otopsi agar asuransi dapat dicairkan. Hal ini dikuatkan oleh pihak perwakilan Kedutaan Besar Indonesia di Malaysia.

"Semula agennya bilang kalau jenazah bisa pulang hari ini. Tapi tiba-tiba jam 05.00 WIB ngabari lagi kalau jenazah harus diotopsi dulu. Dari Kedutaan juga bilang begitu, karena untuk mengurus asuransi dan sebagai syarat kepulangan," paparnya.

Imam Widiyanto adalah putra sulung dari tiga bersaudara pasangan Waris Widodo (54) dan Wiji Sukartinah (51). Menurut Widi, kakaknya itu lulus dari SPP Muhammadiyah Mertoyudan Kabupaten Magelang kemudian bekerja serabutan di Magelang.

Tiga tahun lalu Imam berangkat ke Malaysia bekerja di sebuah Pabrik. Dua tahun kemudian Imam berpindah kerja ke sebuah kapal pencari ikan. "Baru tiga bulan lalu kakak saya pindah bekerja di kapal tongkang di perairan Sarawak," ungkapnya.

Wiji Sukartinah (51), ibu almarhum Imam mengungkapkan, setelah adanya kabar itu keluarga mencoba menghubungi telepon selular Imam, namun tidak bisa.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search