13 Apr 2017

Foto: 123RF
Berikut kisah Michelle Dian Lestari, salah satu ibu yang bahu membahu mencari bukti untuk membongkar kasus ini bersama teman-teman satu komunitasnya.
Saya awalnya enggak terlalu perhatian, karena ia posting waktu itu sudah malam. Ternyata kemudian Risona posting foto-foto anak-anak kecil yang menjadi korban dan percakapan dari grup itu. Setelah diskusi panjang lebar, grup kami memutuskan melaporkan temuan kami ke polisi.
Kebetulan saya memiliki teman polisi, dan dari beliau, saya mendapatkan nomor kontak dua satgas cyber crime Polda Metro Jaya, salah satunya adalah Kombes Wahyu Hadiningrat. Jadi, saya mengirim informasi itu kepada beliau berdua, dan keesokan harinya mendapatkan balasan dari mereka.
Selama menunggu balasan, ada beberapa ibu anggota grup yang menggunakan akun palsu untuk masuk ke grup Loly Candy's. Kami mengambil foto, menyimpan link, dan ada satu ibu yang berhasil menemukan nomor telepon adminnya. Semua temuan itu saya teruskan kepada kedua petugas tersebut, sambil saya meminta maaf karena membanjiri mereka dengan informasi.
Bagaimana cara kami bekerja? Kami, sekitar 20 orang anggota grup, melakukan 3 hal: screenshot percakapan dalam grup tersebut, menyimpan linkposting-an di grup tersebut, dan menyimpan link profil mereka. Jadi, kalau grupnya hilang pun, kami masih punya screenshot percakapan, dan kita masih bisa melacak akun profilnya.
Makanya, kami sempat menemukan salah satu admin yang bernama Wawan, yang ternyata punya enam akun, yaitu yang pakai nama dia dan nama julukan. Beberapa admin juga pakai akun palsu. Tapi, kami tidak patah semangat. Kami terus melacak friends masing-masing akun. Karena akun palsu pun pasti punya friends, 'kan. Caranya, kami melacak satu akun yang berteman dengan masing-masing akun, biasanya akun tersebut adalah yang asli. Dengan cara melacak begitu, akhirnya kami menemukan admin yang wanita.
Dari Kombes Wahyu, saya diberi tahu bahwa kasus itu mereka proses. Malam hari, anggota grup mengabarkan bahwa Loly Candy's hilang. Yah, kami kecewa, karena kalau sudah hilang begitu, akan susah untuk di-trace. Tapi, kami tak patah semangat. Ternyata, beberapa jam kemudian ada anggota grup yang memberi tahu bahwa ada grup baru. Kami pun berbondong-bondong masuk ke sana. Saya membagi lagi info dan link yang kami kumpulkan ke kedua petugas tersebut.
Keesokan pagi, saya dapat kabar bahwa polisi sudah menyelidiki lebih lanjut. Ya sudah, kami merasa tenang, meski kami tidak berhenti berusaha mengumpulkan data dan informasi yang berguna. Saya kemudian bilang ke teman-teman grup, karena sudah ditangani polisi, tugas kami selesai sampai di sini. Tapi kalau memang ada yang dapat info, masukin saja ke thread khusus di grup untuk kasus ini.
Menurut saya, sebetulnya tiap orang akan berani melapor bila menemukan hal-hal yang mencurigakan. Tapi masalahnya, ke mana harus melapor? Itu yang belum banyak diketahui orang. Karena, jujur saja, sebelumnya kami sempat melapor ke pengaduan di Kominfo, tapi tidak ada tanggapan. Opsi kedua, lapor ke Facebook, paling hanya grupnya yang hilang, sementara pelaku tetap bisa berkeliaran. Untungnya, saya punya kenalan polisi sehingga bisa ditangani lebih lanjut dan akhirnya pelakunya bisa ditangkap. (f)
Yoseptin Pratiwi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar