PROKAL.CO, Pengalaman melihat teman seprofesi luka parah saat kecelakaan gara-gara jalan berlubang ternyata membuat Sukimun trauma. Kini, jika ada lubang jalan, dia sering menambalnya secara sukarela.
======
Bila di Kecamatan Pangkalan Lada ada Hartono, maka di Pangkalan Banteng ada Sukimun . Keduanya sama-sama penambal jalan tanpa imbalan. Saking seringnya Sukimun menambal jalan tanpa mengharap pamrih justru kerap membuat jengkel para penambal jalan yang biasanya meminta sumbangan dari warga yang melintas.
Sukimun kerap memperbaiki jalan Trans Kalimantan yang melintasi kawasan Kecamatan Pangkalan Banteng.
Saat ditemui Radar Sampit, dia sedang menimbun Jalan Jenderal Ahmad Yani kilometer 65 tepat di depan Pasar Karang Mulya Pangkalan Banteng. Lelaki tua bertubuh kecil itu mengaku kegiatan menambal jalan itu dilakukan sacara sukarela. Ia tak pernah mengharap uang receh dari para pengguna jalan.
Menjadi pemulung barang bekas sebagai kegiatan utama sehari-hari. Warga RT 02 Desa Karang Mulya ini mengaku bahwa memperbaiki jalan juga untuk kepentingannya ketika melintas, mengingat jalan utama itu merupakan jalur untuk mengangkut barang bekas hasilnya memulung di kawasan pasar tersebut.
"Untuk kepentingan saya juga, setiap hari kalau mencari barang bekas ya lewat jalan aspal ini. Kalau ada kerusakan trus diam saja nanti malah saya sendiri yang celaka," ucap pria kelahiran Blitar 60 tahun silam ini, sambil mengelap buliran peluh di keningnya, Minggu (7/5) siang.
Orang tua yang sudah menetap di Karang Mulya sejak tahun 1983 ini juga menceritakan bahwa memperbaiki jalan rusak dianggapnya sebagai amal. Ia menyadari jika hidupnya yang serba pas-pasan, hasil memulung barang bekas belum tentu ada sisa untuk beramal.
"Kalau jalannya enak, saya juga enak melintasinya. Anggap saja amal, kerjaan saya cuma pemulung. Jadi belum tentu bisa beramal dengan uang," ujar kakek yang biasa disapa Mbah Mun ini.
Lelaki yang menempati rumah yang dibangun dari hasil sumbangan warga Karang Mulya rupanya juga kerap dimanfaatkan oleh para pemuda pengangguran yang kerap mabuk menggunakan uang hasil pemberian para pengguna jalan yang Ia perbaiki.
"Kadang dimarahi anak-anak muda yang biasa minta sumbangan di jalan-jalan rusak itu. Saya malah dimusuhi dan kadang diusir sama mereka," tuturnya.
Selain itu, niatan memperbaiki jalan yang rusak itu karena pernah trauma ketika melihat teman sesame pemulungnya celakan di jalanan.
"Saya memperbaiki jalan rusak juga karena pernah melihat teman saya luka parah saat kecelakaan gara-gara jalan berlubang," ungkapnya.
Sementara itu, menurut keterangan sejumlah warga, aksi tambal jalan tanpa disertai dengan meminta sumbangan pada pengguna jalan itu rupanya sudah dilakukan sejak tahun 2014 lalu.
"Setahu saya Mbah Mun (sapaan Sukimun) sudah sejak beberapa tahun lalu mulai memperbaiki jalan secara sukarela. Tidak ada yang memerintah, namun kadang warga memberikan bantuan ke rumahnya yang juga merupakan sumbangan dari warga dan Pemerintah Desa Karang Mulya," ucap Harji, salah seorang warga yang kerap bertemuSukimun ketika memperbaiki jalan Jenderal Ahmad Yani tersebut.
"Mbah Mun biasanya memperbaiki seorang diri, dan itu dilakukan di sela-sela kegiatan memulung barang bekas. Karena sebenarnya dia lebih dikenal sebagai pemulung botol plastik dan juga kardus bekas," lanjutnya.
Dengan aksi sukrela tersebut, menurut wiraswasta ini sebenarnya semacam sindiran kepada pemerintah atas lambatnya perbaikan insfrastruktur dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum untuk cepat merespon kerusakan jalan yang makin parah di sepanjang jalur utama di Provinsi Kalteng tersebut.
"Saat ini kan mendekati Ramadan, sebentar lagi musim mudik. Meski kegiatan mudik di sini tidak seramai di Jawa. Sudah pasti jalan utama ini akan lebih padat dari biasanya, terutama oleh lalu lalang angkutan travel maupun kendaraan umum pengangkut penumpang dari ataupun menuju bandara dan pelabuhan kapal laut," katanya.(sla/yit)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar