Ilustrasi (Bagus/Jawa Pos/JawaPos.com)
JawaPos.com – Desa Tanjung Wedoro, Kecamatan Bungah, punya tokoh legenda. Figur sakti bernama Joko Mustopo diyakini sebagai cikal bakal nama Tanjung Wedoro. Almarhum sejarawan Prof Dr Ayu Sutarto menilai legenda Joko Mustopo merupakan salah satu kisah masyarakat nelayan.
Menurut mantan guru besar Universitas Jember tersebut, kisah-kisah klasik masyarakat itu juga merupakan simbol peradaban Jawa pesisiran. Ayu Sutarto menuliskannya dalam epilog buku karya para penulis muda Gresik yang berjudul Sang Gresik Bercerita.
Alkisah, Mbah Buyut Joko Mustopo di tanah Mengare diyakini masyarakat setempat sebagai pembabat alas Desa Tanjung Wedoro. Konon, Joko Mustopo ibarat Gatot Kaca asal Mengare. Tubuhnya gagah. Parasnya memikat. Kesaktiannya pun tidak tertandingi.
''Dia bisa terbang dan berjalan di atas air,'' ujar Kepala Desa Tanjung Wedoro Mastaim kepada Jawa Pos.
Dia lantas menceritakan kembali nukilan kisah tokoh sakti tersebut. Joko Mustopo, kata Mastaim, adalah sosok yang dikagumi. Ilmunya aneh-aneh. Ilmu itu diwariskan seorang ibu angkat yang sampai sekarang belum diketahui secara pasti namanya. Selain ilmu kanuragan, Joko Mustopo kecil dibekali ilmu kebatinan. Semakin dewasa, dia semakin sakti sekaligus arif dan bijaksana.
Kisah kebajikan Joko Mustopo itu juga ditulis Ahmad Rofik dalam buku Sang Gresik Bercerita. Oleh ibu angkatnya, Joko Mustopo dikisahkan ''dipegangi'' dua pusaka sakti. Namanya Gongseng Kencono dan Caluk Cerancam. Dua senjata itu merupakan pusaka bertuah. Joko Mustopo bisa berjalan, bahkan terbang di atas air.
Dikisahkan, suatu saat ada seekor celeng jelmaan yang menantangnya berkelahi. Suka membuat rusuh di tanah Mengare. Tujuannya, menguji ilmu Joko Mustopo yang katanya sakti mandraguna.
Celeng sombong tersebut penasaran. Dia menantang Joko Mustopo untuk bertarung di atas air. Celeng menyeruduk dengan kencang. Joko Mustopo meladeninya. Lelaki itu juga bergerak dan terbang di atas air untuk menyambut serangan celeng sakti. Saling hantam pun terjadi.
Di akhir pertarungan, celeng sakti terluka parah. Dia kehabisan tenaga dan memilih kabur ke hutan. Sayang, dalam pelarian itu, dia kehabisan darah dalam perjalanan di tengah rimba. Dia tewas.
Begitu hebatnya pertarungan tersebut, Joko Mustopo kelelahan. Dia beristirahat di bawah tumbuhan doro atau bidara. Pohon itu diyakini memiliki khasiat untuk melenyapkan pengaruh ilmu sihir atau gangguan jin. Buahnya bisa dimakan untuk menyembuhkan beragam penyakit. Begitu pula daunnya yang bisa direbus dengan air dan diminum.
''Saat itu Mbah Buyut (Joko Mustopo, Red) langsung berujar. Dia ingin menamai daerah tersebut sebagai Ujungdoro,'' tutur Mastaim. Belakangan namanya bergeser menjadi Tanjung Wedoro yang disusun dari kata wit (pohon) dan tumbuhan doro. (hen/c15/roz)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar