Sabtu, 08 Juli 2017

Kisah Fatimah, bayi penderita gizi buruk di Gunungkidul

Merdeka.com - Tangis Fatimah terdengar nyaring dari Bangsal Melati, RSUD Wonosari, Gunungkidul, DIY, Jumat (7/7). Bayi yang lahir pada 19 Mei 2017 ini kondisinya kurus. Tangis Fatimah baru berhenti saat ibundanya, Indri Mutoharoh (38) datang dan memberinya ASI.

Fatimah adalah putri ke 8 pasangan Eko Suharno (38) dan Indri yang merupakan warga Padukuhan Creno, Desa Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari ini didiagnosa menderita gizi buruk. Fatimah sudah sejak empat hari yang lalu dirawat di RSUD Wonosari.

Indri menuturkan, bahwa Fatimah lahir saat dalam perjalanan ke rumah sakit di Klaten. Rumah Indri yang berada di perbatasan Gunungkidul dengan Klaten ini membuat jarak rumah sakit di Klaten lebih dekat dibandingkan harus menuju ke RSUD Wonosari.

Usai lahir, Fatimah pun dibawa pulang ke rumah. Saat di rumah ini kondisi Fatimah terus menurun. Bobot tubuhnya pun menyusut.

"Waktu lahir beratnya 2,2 kilogram. Sekarang beratnya hanya 1,7 kilogram. Minum ASI nya sedikit," terang Indri, Jumat (7/7).

Kondisi gizi buruk Fatimah ini didorong oleh kondisi keluarga Eko dan Indri yang tergolong kurang mampu. Eko bekerja sebagai buruh serabutan sedangkan Indri menjadi ibu rumah tangga yang mengurus 7 orang anak. Satu orang anak Eko dan Indri sudah merantau dan bekerja di Bekasi seusai lulus SMP. Sedangkan anaknya yang lain semua masih duduk di bangku sekolah.

Terpisah, Pejabat Pengelola Infromasi Daerah (TPID) RSUD Wonosari, Aris Suryanto mengatakan, Fatimah ketika masuk ke RSUD Wonosari, berat badannya tinggal 1, 7 kilo gram. Kasus gizi buruk yang menimpa pasien Fatimah tidak lepas dari riwayat orangtua. Ibu si anak juga diketahui berisiko tinggi terhadap kesehatan, karena jarak kehamilan ke delapan anaknya pendek.

"Sejak dilahirkan memang tergolong berat badannya kurang, karena lahir berat normalnya lebih dari 2,5 kg, dan dia lahir hanya 2,2 kg," papar Aris.

Aris memastikan, seluruh biaya rumah sakit gratis karena ditanggung BPJS. Namun demikian, pihaknya berharap semua pihak turut membantu pasca pulang dari RSUD nantinya. Sebab, jika dibiarkan kondisi kesehatannya bisa memburuk.

"Semua pihak harus terlibat, perlu edukasi bagi keluarga mengenai kesehatan bagi anak tersebut. Selain itu, juga pemahaman terhadap orangtua terkait kehamilan beresiko," pungkas Aris. [rnd]

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search