Minggu, 16 Juli 2017

Kisah Susi Hapus Inefisiensi Anggaran KKP Hingga "Semadi" di Kamar Mandi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bila ada pertanyaan siapa menteri paling populer di Kabinet Kerja? barangkali nama teratas yang muncul adalah Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.

Nyentrik, blak-blakan, apa adanya, tegas, konsisten, suka tenggelamkan kapal, itulah beberapa image populer dari menteri kelahiran Pangandaran, Jawa Barat, pada 15 Januari 1965 silam itu.

Tetapi tak banyak orang yang tahu kalau Susi suka membawa berkas-berkas pekerjaannya hingga kamar mandi. Iya, kamar mandi.

"Saya biasa kerja lama di kamar mandi karena lebih tenang enggak ada yang ganggu," ujar Susi saat bercerita dihadapan Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni UI), Jakarta, Sabtu (15/7/2017).

Perempuan yang pernah kedapatan tidur pulas di sofa Bandara John F. Kennedy, New York itu mengakui, kerja sebagai menteri kerap membuat kepalanya pening. Maklum, selama 40-an tahun ia bekerja, baru 2,5 tahun inilah ia dihadapkan dengan peliknya persolan birokrasi.

Sebelum jadi menteri, ia habiskan waktunya di sektor perikanan sebagai pengusaha selama 30 tahun. Adapun 10 tahun lagi ia mencicipi sektor penerbangan sebagai CEO Susi Air.

Namun diakui Susi, bekerja dengan para birokrat sangat berbeda. Kesabarannya kerap diuji hingga titik paling ujung. Kadang, kesabaran itu habis juga.

Salah satu yang membuatnya gemas adalah inefisiensi yang begitu besar. Misalnya dalam penyusunan anggaran, banyak kegiatan dibuat namun tidak berorientasi kepada hasil.

Kata-kata bersayap sering muncul di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) khususnya untuk rancangan kerja di KKP.

"Saya lihat APBN tahun pertama bingung saya, Pak. Sampai akhirnya saya lihat beberapa kunci, saya kencengin di sini, eh lari ke sana. Sampai akhirnya itu kertas saya bawa ke kamar mandi," kata Susi disambut tawa para alumni UI.

Setelah berkas-berkas itu dicermati di kamar mandi, ia menyadari satu hal. Pemborosan anggaran terjadi lantaran banyak program kerja ditulis dengan kata-kata bersayap dan tidak perlu.

Misalnya kata pemberdayaan, pengembangan, penguatan, sinkronisasi, dan akselerasi. Susi pun mempreteli kata-kata itu dari anggaran KKP.

Hal selanjutnya yang ia sorot yaitu biaya perjalan dinas luar kota para birokratnya di KKP. Setelah dihitung-hitung, surat perjalan dinas lebih banyak ketimbang hari kerja normal selama satu tahun.

Akhirnya lantaran "semadi" di kamar mandi itulah, Susi bisa menghemat anggaran KKP hingga Rp 6,6 triliun, atau 42 persen dari anggaran belanja pada 2016. Ia berharap agar efisiensi itu tetap bisa dilakukan sehingga menghemat anggaran negara.

Cara Susi menghemat anggaran sempat akan dijadikan percontohan pengelolaan anggaran di kementerian lain. Efisien anggaran menjadi penting menyusul masih defisitnya APBN.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search