12 Juli 1979. Taksi yang penghitungan tarifnya menggunakan argometer, masih sangat sulit ditemukan di Kota Bandung saat itu. Kalaupun sudah diluncurkan pengoperasiannya, jumlahnya masih sangat minim, 5 unit saja. Kelima unit taksi inilah yang tercatat sebagai taksi argo pertama di Kota Bandung, seperti terdokumentasikan dalam Harian Umum Pikiran Rakyat edisi 12 Juli 1979, tepat 38 tahun lalu.
Medio 1970-an, taksi yang menggunakan argometer sebagai alat hitung tarifnya, kaprah disebut taksi meteran. Taksi meteran ini sebenarnya sudah diresmikan pengoperasiannya di Kota Bandung sejak akhir Mei 1979. Namun keterbatasan jumlah membuat taksi ini baru banyak dikenal masyarakat beberapa bulan kemudian.
Lima taksi yang menjadi pelopor taksi argo di Kota Bandung itu merupakan armada milik perusahaan transportasi Rasa Sayang Utama Bandung Raya. Sebelumnya, perusahaan ini pun sudah masuk ke bisnis taksi meski tanpa meteran.
Kelima unit taksi tersebut merupakan sedan Holden Gemini yang tampilannya disesuaikan. Termasuk dengan menambahkan papan nama bertulisan 'Taxi' di bagian atasnya. Nomor polisi yang digunakan pun berwarna kuning. Tanda bahwa armada taksi ini resmi, mengingat saat itu banyak sekali bertebaran taksi ilegal, biasa disebut taksi preman.
Masih langka
Namun untuk menggunakan jasa taksi argo saat itu, penumpang harus ke Alun-Alun Bandung terlebih dahulu. Alun-Alun Bandung merupakan pool atau tempat mereka menunggu penumpang. "Sulit. Yang beroperasi kan cuma lima buah, ini pun tidak diperkenankan untuk berkeliling mencari muatan. Seadanya penumpang yang datang ke pool saja," kata salah satu sopir taksi, Umbara Basuki.
Di Alun Alun Bandung, tempat lima taksi argo itu mangkal, juga merupakan tempat menunggu penumpang taksi-taksi lain, bahkan taksi liar. Taksi-taksi gelap itu diperkirakan mencapai 3.000-4.000 unit. Berkeliaran dari Jalan Dewi Sartika, Jalan Karapitan, Jalan Suniaraja, Viaduct, Stasiun, dan sekitarnya.
"Orang Bandung masih belum tahu seluruhnya mengenai adanya taksi meteran ini," kata Umbara.
Tarif dan gaji sopir taksi
Wartawan Pikiran Rakyat saat itu, Zulkarnaen sempat mencoba menggunakan jasa taksi argo ini. Perjalanan dimulai dari Alun Alun, kemudian ke Jalan Sudirman, Jalan Lembong, lantas kembali ke Alun Alun Bandung. Saat perjalanan berakhir, argometer taksi menunujukkan angka Rp 840 sebagai tarif yang harus dibayar.
Harga tersebut jauh lebih murah dibandingkan taksi lain, apalagi taksi preman. Dengan rute yang sama, jika menggunakan taksi liar, harga yang harus dibayar warga bisa mencapai Rp 1.500.
Lantas berapa penghasilan sopir taksi argo tersebut? "Oh tidak tentu, pak. Ya kadang kita dapat Rp 10 ribu, Rp 11 ribu. Atau lagi sial-sialnya cuma dapat Rp 5 ribu atau Rp 6 ribu," kata Kardi, salah satu sopir. Sistem pembayaran gaji para sopir taksi argo saat itu adalah gaji mingguan. Sebesar 15% dari total setoran pekan tersebut.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar