
Kecintaan Presiden Soekarno terhadap benda seni sudah menjadi pengetahuan umum. Sebagai kolektor seni, Soekarno memiliki beragam jenis lukisan meski yang jadi favoritnya adalah karya pelukis-pelukis naturalis, termasuk yang beraliran Mooi Indie.
Bung Karno sendiri sebenarnya dikenal cukup fanatik dan tidak akan segan-segan berburu karya incarannya. Salah satunya adalah sepenggal kisah perburuan Bung Karno mencari Ernest Dezentje, salah satu seniman yang karyanya bisa dinikmati selama Pameran Koleksi Lukisan Istana Kenegaraan di Galeri Nasional, 2-31 Agustus 2017.
Pada akhir Desember 1950, Bung Karno akhirnya kembali ke Istana Merdeka dari Yogyakarta setelah pihak Belanda mengakui kedaulatan RI. Seluruh barang sisa pendudukan kolonial Belanda pun diangkut keluar, meninggalkan kekosongan di dalam istana. Bukan Bung Karno namanya jika tidak merasa 'gatal' untuk mengisi kekosongan tembok-tembok istana dengan karya seni.
Bung Karno lalu memerintahkan Mangil untuk mengambil lukisan kesayangannya yang menggambarkan persatuan bangsa-bangsa Asia-Afrika di salah satu rumah di Salemba yang masih ditempati tentara Belanda yang belum pulang ke negerinya. Sayang, Mangil kembali dengan tangan hampa karena keberadaan lukisan tersebut seolah ditelan bumi.
Bukan Bung Karno jika menyerah begitu saja. Tidak tanggung-tanggung, ia kemudian memerintahkan Mangil untuk mencari sang pelukis, Ernest. Menurutnya, sebagai pencipta, Ernest pasti mengetahui keberadaan lukisan incarannya tersebut.
Berbekal keberuntungan, Mangil yang sedang berjalan di samping Istana Merdeka --yang saat ini bernama Jalan Veteran-- tanpa sengaja menemukan Ernest di sebuah rumah sekaligus sekolah dansa bertuliskan namanya. Mangil pun segera memboyong pria tua itu untuk dibawa ke hadapan Bung Karno seperti yang dititahkan padanya.
"Hah? Soekarno masih ingat saya padahal dia kini sudah menjadi presiden RI?" ujar Ernest terkejut sekaligus terharu. Mungkin begitulah ekspresinya ketika Mangil menyampaikan maksud kedatangannya.
Baca Juga :

Meski pertemuan Bung Karno dengan Ernest tidak berhasil memberikan jawaban di mana lukisan incarannya berada, namun sejak saat itu, Ernest sering dipanggil ke Istana --terutama Istana Bogor-- untuk melukis. Banyak lukisan karyanya yang ikut memenuhi istana seperti lukisan Telaga Toba (1952) dan Pemandangan Sekitar Gunung Galunggung (1956).
Status Ernest sebagai pelukis istana yang dipanggil secara rutin bukan berarti tak menimbulkan bahaya. Dikutip dari Koran Java Bode yang terbit 24 Juni 1958 lalu, diberitakan pernah ada usaha pembunuhan terhadap Presiden RI Soekarno dengan transaksi jual-beli lukisan.
Dalam sebuah kesaksian, seorang warga negara Belanda disebut bermaksud membawa masuk lukisan karya Dezentje ke Istana. Semua tentu paham bagaimana kecintaan Bung Karno kepada lukisan, terutama karya salah satu pelukis kesayangannya. Diduga, ia sengaja memanfaatkan lukisan tersebut untuk masuk dan membunuh Bung Karno --meski tak terbukti--.
Begitulah kilas balik kisah Dezentje, maestro kesayangan Proklamator Indonesia. Beberapa lukisan karyanya yang memenuhi istana kini bisa dinikmati di Galeri Nasional selama bulan Agustus ini. Salah satu karya Ernest yang dipajang adalah lukisan lansekap dengan tajuk Sebuah Pemandangan di Sudut Kota Jakarta serta lukisan Sungai Musi di Palembang yang diciptakan tahun 1946.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar