Jumat, 18 Agustus 2017

Kisah Heroik 'Prajurit Sinyal' di Perbatasan RI-Malaysia

Jakarta - Bagi sebagian orang yang tinggal di perkotaan, sinyal telepon bahkan 4G adalah sesuatu yang biasa. Namun bagi sebagian orang yang tinggal di daerah terpencil, keberadaan akses telekomunikasi bagaikan anugerah.

"Senang rasanya, ketika melihat warga sekitar sudah bisa menelepon lagi," kata Martinus Seipul saat diminta menyebutkan hal terbaik dari profesinya sebagai teknisi base transceiver station (BTS).

Itu sebabnya, Seipul akan merasa terharu ketika sebuah BTS yang ditanganinya menyala. Menyaksikan sendiri bagaimana tawa dan senyum warga saat bisa berbicara dengan seorang nun jauh di sana menggunakan ponsel, seketika Seipul lupa kesulitan dan kelelahannya dalam bertugas.

"Baru melihat kedatangan kami saja mereka sudah senang. Mereka pasti tanya-tanya, kapan selesai, kapan menyala lagi. Kalau sudah menyala, mereka sangat terima kasih," cerita warga asli Bodok, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat ini.

Melelahkan dan berisiko, adalah konsekuensi dari pekerjaannya. Sebagai orang di lapangan, Seipul dituntut fisik dan mental baja. Dia juga harus terbiasa bekerja di ketinggian karena sering memanjat tower.

Sejak awal, Seipul sudah meniatkan diri untuk siap bekerja 24 jam. Pasalnya, kebutuhan akan sinyal telekomunikasi tidak bisa menunggu waktu. Jika kondisi genting, dia dan timnya dikerahkan.

"Dalam kondisi tertentu harus segera berangkat, meski hujan dan malam-malam, pakai motor menembus medan sulit. Sendirian atau kadang berdua, tergantung masalahnya," ujarnya.

Terkadang, jauhnya jarak dan sulitnya medan yang ditempuh tidak memungkinkannya untuk bisa bolak-balik sampai BTS dipastikan pulih. Geografis Kalimantan Barat, dengan banyaknya perbukitan dan hutan memang jadi tantangan tersendiri. Jika sudah begitu, Seipul dan rekannya harus rela menginap di sekitar tower.

Belum lagi jika terjadi masalah pencurian kabel tembaga atau baterai. Akses jalan yang belum sepenuhnya mulus bisa memperpanjang waktu pengantaran perangkat pengganti. Seipul dan timnya sebisa mungkin bekerja cepat, karena kemunculan sinyal telekomunikasi begitu dinanti.

"Pencurian itu sering terjadi, membuat BTS down. Kalau spare part tersedia langsung kita ganti. Tapi kalau gak ada, request dulu dan menunggu diantar," terangnya.

Kisah Heroik 'Prajurit Sinyal' di Perbatasan RI-MalaysiaFoto: Rachman Haryanto

Penjaga Sinyal Merah Putih

Ingatan Seipul menerawang pada sembilan tahun lalu, saat memutuskan untuk mengikuti panggilan hatinya bergabung di barisan prajurit penjaga sinyal merah putih Telkomsel di wilayah perbatasan.

"Rumah saya dekat salah satu site. Awalnya sering melihat dan memperhatikan tim teknisi memperbaiki tower, karena saya suka dengan elektro. Lalu ditawari jadi tim teknisi. Saya mau," kenangnya mengingat antusiasme dirinya saat itu.

Awalnya, Seipul yang aslinya merupakan lulusan sekolah pertanian mungkin hanya mencari tempat untuk melabuhkan minat besarnya pada segala hal berbau elektro dan mesin.

Seiring waktu, dia menyadari bahwa bertugas sebagai teknisi tower di wilayah perbatasan, berarti juga ikut menjaga kedaulatan sinyal. Karena selain dijaga keamanannya oleh TNI dan Polri, wilayah perbatasan juga memerlukan peranan operator seluler sebagai penjaga infrastruktur telekomunikasi.

Di Kabupaten Sanggau tempat Seipul bertugas, terdapat dua Kecamatan yang menjadi lokasi prioritas yakni Entikong dan Sekayam yang berbatasan langsung dengan Malaysia.

Dengan berbagai tantangannya, Seipul menjadi bagian dari tim besar yang berupaya memberikan akses telekomunikasi terbaik, khususnya untuk wilayah-wilayah pelosok Kalimantan Barat.

"Dari 15 Kecamatan yang ada di Kabupaten Sanggau, lebih dari setengahnya adalah wilayah yang towernya jadi tanggung jawab saya," ungkap Seipul.

Tak sekadar memastikan akses telekomunikasi terpenuhi, Seipul juga punya peran 'memerangi' sinyal operator Malaysia. Jika kalah kuat, sinyal Malaysia bisa masuk dan merugikan warga yang terkena roaming. Menghalau sinyal Malaysia adalah tugas heroik yang dengan bangga diembannya.

"Ada beberapa BTS dilaporkan mati. Harus cepat-cepat ini, jangan sampai kalah nanti," Seipul berpamitan menutup obrolan.

Selamat bertugas pak!

Simak cerita lainnya dari wilayah perbatasan melalui tautan Tapal Batas detikcom.

(rns/rou)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search