Rabu, 23 Agustus 2017

Kisah-Kisah Kehidupan Mahasiswa Banua di Ibukota Jakarta

PROKAL.CO, Radar Banjarmasin menyambangi asrama tempat tinggal mahasiswa Kalimantan Selatan yang terletak di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan, baru-baru tadi. Bagaimana kabar para mahasiswa Kalsel yang tengah berjuang menuntut ilmu di ibukota?

 ------------------------------------------------

M IDRIS JIAN SIDIK, Jakarta

 -----------------------------------------------

 Meski banyak juga yang berasrama di rumah maupun kos-kosan warga, tetapi mahasiswa Kalsel di Ibukota jamaknya menghuni asrama yang bernama Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari. Asrama ini  tepat berada di Jalan Tarumanegara, Kelurahan Cirendeu, Kecamatan Ciputat Timur. Sekitar dua kilometer dari Kampus II Universitas Islam Indonesia (UIN).   

Salah seorang penghuni asrama, Fadhel Muhammad, remaja Banjarbaru  mengatakan ada sekita 35 mahasiswa yang tinggal disana. Mulai dari orang Banjarmasin, Banjarbaru, Hulu Sungai Tengah, Tabalong dan beberapa daerah lainnya dari Kalsel.

Mahasiswa semester lima studi Islam ini mengatakan dia beruntung bisa mendapat kesempatan menempuh ilmu di UIN Jakarta karena meraih beasiswa. "Saya ikut test yang diikuti oleh 20 orang dan yang berhasil lolos hanya berlima termasuk saya," cerita alumni Pondok Pesantren Al-Falah Putra Banjarbaru ini.

Awal kedatangannya di Jakarta, Fadil – demikian kerap disapa -  harus membiasakan beradaptasi   dengan lingkungan sekitar. Dialek  Betawi yang menjadi ciri khas Jakarta juga pelan-pelan berusaha dipahami.   Kecuali itu,  Fadil menilai pergaulan anak muda tak jauh berbeda dengan di Banjar yang tak jauh-jauh dari  suka "nongkrong".

Namun, ia menilai anak muda lebih permisif. Hampir tak ada batasan-batasan pergaulan di Ibukota. Anak-anak kecil bahkan perempuan saat sedang asyik bergaul dengan teman-temannya bisa pulang sampai tengah malam. "Kalau di Banjar pasti ditangati tu, apalagi bebinian atau kekanakan," gelaknya dengan bahasa Banjar.

  Fadil menilai, orang di Jakarta cukup ramah  dengan para pendatang, apalagi yang datang dari jauh seperti Kalimantan. Meskipun memang masih ada segelintir orang yang beranggapan Kalimantan berupa hutan dan suku-suku dayak.

  Fadil merupakan mahasiswa yang aktif berorganisasi di kampusnya.    Fadil tergabung dalam organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Ia juga terdaftar sebagai mahasiswa di Darus Sunnah International Insitute for Hadits Sciences milik Almarhum mantan Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Dr KH Ali Mustafa Yaqub MA.

Selain aktif di kampus, rupanya ia juga membuka usaha berjualan jajanan di sekolah dekat Asrama Kalsel. "Awalnya memiliki usaha bersama teman yakni jajanan khas Jakarta yang beraneka ragam. Sekarang, dalam sebulan terakhir saya sudah memiliki usaha sendiri yakni berjualan sosis bakar," jelasnya.

  Syamsi Al Farizan adalah mahasiswa lulusan  inus University yang kini tengah menggeluti usaha clothing busana muslim. Lulus tahun 2016 silam, ia sempat menganggur beberapa bulan di Ibukota sebelum kemudian terpikir untuk membuka usaha sendiri.  Busana muslim yang dijualnya bernama Katwa, berasal dari bahasa arab yang artinya perjalanan. "Brand Katwa ini masih tergolong baru, kalau usaha busana muslim sudah jalan lumayan lama dan sudah mengirim ke Sumatera dengan omset ya kira-kira di bawah lima juta saja per bulannya," sedikit cerita Syamsi mengenai usaha yang tengah digelutinya.

Sedikit berbeda dengan Fadil, Syamsi tidak tinggal di asrama Kalsel.  Ia memilih ngekos di sekitar area kampus tepatnya di daerah Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Di kos, kehidupan menjadi lebih bebas daripada asrama. Kehidupan dunia malam pun sempat Ia jalani. "Ya, awalnya memang sempat terjun ke sana, syukurnya tidak se ekstrem para remaja disini (Jakarta) pada umumnya,"cerita Syamsi.

Namun, Syamsi tak menyangkal jika banyak pula beberapa rekannya dari Banua  yang cepat terpengaruh kehidupan kota besar ini.  "Ekstrem memang kehidupan di Ibukota, terlebih jika ada rasa penasaran yang ingin selalu mencoba hal baru," jelasnya.

Demi mengisi kekosongan spiritual kehidupan ibukota, Syamsi mulai sering untuk mencari pengajian di sekitar area Jakarta untuk menahan derasnya tekanan dan godaan. "Biasanya saya suka menuju pengajian di area Blok M Square, ada masjid yang berada di lantai teratas mallnya," ceritanya.

Berkaca denga pengalaman Jakarta yang sudah dijalaninya dalam tiga tahun terakhir, Syamsi memiliki pendapat sendiri tentang ibukota. "Para laki-laki silahkan saja ke Ibukota dengan tujuan mencari pengalaman dan peluang usaha apapun itu yang lebih besar," katanya.

Namun, dia tidak merekomendasikan kehidupan Jakarta untuk wanita Banua.   "Kota ini bahaya bagi cewek bro, Apalagi kalau tidak bisa menjaga diri baik-baik," anggapnya.

Meski demikian, anggapan Syamsi tidak berlaku bagi Khairunnisa, mahasiswi Universitas Islam Indonesia Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Dirasat Islamiyyah (Studi Islam) semester lima.  Ia menyadari satu hal bahwa di Ibukota semua ras, suku dan budaya berada dalam satu lingkup yang sama. "Oleh karena itu, karena semuanya ada disini (Jakarta) kita harus berlajar menghargai satu sama lain tanpa membedakan itu semua," imbuhnya.

Sebagai salah satu mahasiswi yang menempuh ilmu di Jakarta, Adinda Nisa panggilan akrab perempuan satu ini menilai sudah seharusnya mengikuti pergaulan yang sewajarnya di tengah kecenderungan pergaulan bebas di Jakarta. "Membaur tapi tidak mengikuti hal yang berbau negatif, itu penting," ujarnya.

Memang Nisa mengatakan bahwa mayoritas mahasiswa  Banua yang menempuh ilmu di Jakarta rata-rata bergaul dalam lingkup organisasi, intra maupun ekstra kampus. "Apalagi disni (Jakarta) juga ada organisasi khusus mahasiswa  Kalsel yang secara khusus mengawasi dan memberikan advokasi seandainya terjadi hal kurang baik," jelasnya lagi.

Nisa sendiri baru aktif mengajar di Madrasah Diniyah Serpong. Dia kuliah di pagi hari dan berlanjut mengajar di sore harinya. "Ngajar ngaji, namun karena masih baru saya tidak tahu apakah mendapat upah atau tidak. Namun, saya tidak mempermasalahkan hal tersebut," katanya.

Di akhir pembicaraan dengan gadis satu ini, Ia menyampaikan sedikit motivasi untuk teman-teman dari Banua yang ingin menempuh kuliah di Jakarta. "Sebagai mahasiswa perantau kita harus mempunyai pendirian dan siap untuk bekerja keras dalam hal apapun," ujarnya menutup pembicaraan.(by/ran)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search