Selasa, 27 Maret 2018

Kisah Warga Penghuni Tepi DAS Tondano, Jusuf Hanya Bisa Pasrah Bila Digusur

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Mata Yusuk Kesek tampak kosong menatapi air sungai DAS Tondano yang berwarna coklat.

Lirik matanya terasa sedih ketika melihat mesin ekskavator berwarna kuning, sedang menanam tiang penyangga beton yang hanya berkisar sembilan meter dari dapurnya.

Getaran mesin raksasa itu berhasil membuat dinding dapur Yusuf bergetar.

Yusuf adalah warga Kelurahan Istiqlal Kecamatan Wenang, Manado, Sulawesi Utara, yang masih bertahan di tepian sungaiDAS Tondano.

Ia belum 'minggat' dari rumah papan dua kamarnya, karena belum menerima uang ganti rugi.

"Sudah dijanjikan dari awal tahun tapi belum masuk rekening sampai sekarang," ujarnya ketika ditemui TribunManado.co.id, Selasa (27/3/2018).

Tanpa uang tersebut, Yusuf sama sekali tak punya modal untuk pindah ke tempat yang baru.

"Kalo pindah ke masjid mungkin masih bisa," ujarnya.

Nada pasrah juga terdengar ketika ditanya tanggapan terkait rencana pemerintah kota Manado melakukan eksekusi lahan.

"Kami bisa apa? Paling hanya pasrah karena pemerintah sekarang tidak suka dengarkan suara rakyat seperti kami," ucapnya.

Hal lainnya diungkapkan oleh Freya Abdullah.

Menurutnya ia harus memasak di ruang tamu karena dapur miliknya sudah roboh diterjang ekskavator.

"Dapur saya sudah roboh, jadi memasak di ruang tamu," kata dia.

Ia berharap Pemerintah tidak sembrono dan menetapkan harga yang terlalu murah dalam proses ganti rugi.

"Dapur saya bangun Rp 20 juta, tapi yang kami terima hanya setengah dan terlalu semena-mena," tandasnya. (Tribun Manado/Nielton Durado)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search