Kamis, 20 Oktober 2016

Kisah Fadil, Bocah di Gunung Sampah yang Ingin Jadi Dokter untuk Membahagiakan Orangtua

PROKAL.CO, Aroma tak sedap yang muncul dari onggokan sampah begitu menyengat. Orang yang baru datang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Km 14 Jalan Tjilik Riwut secara otomatis akan menutup mulut dan hidungnya. Tidak demikian dengan mereka yang sehari-harinya mencari rezeki di tempat tersebut.

FATHAN ASY'ARI, Palangka Raya

SAAT matahari mulai menampakkan dirinya di ufuk timur, Danan (37) dan keluarga sudah berangkat mengais sampah. Pekerjaan ini dilakukan mereka untuk menyambung hidup.

Beban hidup pria yang tak lulus SD ini semakin berkurang, setelah dia dan istrinya Aida (42) tidak lagi menanggung hidup kedua anaknya Khafsah Arfianti dan Norma Susanti. Mereka sudah berkeluarga. Danan pun sekarang hanya menanggung kedua anaknya yang tersisa Harianto Aldi (15 tahun) yang saat ini sedang menempuh sekolah SMA dan si kecil Ahmad Rizky Fadilah yang baru berusia 2 tahun 6 bulan atau biasa dipanggil Fadil.

Penghasilan Danan dan Aida sehari jika dirupiahkan paling besar Rp100-300 ribu. Itupun tidak menentu, kadang ketika pengepul tidak memiliki uang untuk membayar mereka harus menunggu. Bahkan untuk listrik karena numpang dengan orang, mereka harus membayar Rp150 ribu per bulan. Ini untuk membayar satu buah lampu dan satu televisi.

"Untuk mendapatkan air bersih, kami harus membeli air galon isi ulang seharga Rp6000 per galon," tutur Danan.

Danan dan istri memang pemulung baru di situ. Aida menuturkan, mereka baru empat bulan, setelah sebelumnya hidup bersama orangtua di Tanjung, Kalsel. Ketika orangtuanya meninggal ia harus bekerja sebagai penyadap karet, namun dirasa harga karet tak cukup untuk menghidupi keluarganya. Ia pun berpikir harus beralih ke daerah lain untuk mencari penghidupan dan bekerja.

Sayangnya di kota pun tidak ada pekerjaan yang menjamin untuk suaminya yang SD saja belum tamat, apalagi ia yang hanya lulusan SMP dan masih mengurus Fadil.  Ia tidak tega untuk meninggalkan Fadil kecil atau menitipkan kepada orang lain. 

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search