Jumat, 13 Januari 2017

Kisah Sulaiman, Kakek Penjual Kerupuk di Batulicin, Setiap Hari Berjalan 20 Kilometer

PROKAL.CO,  

Meski sudah tak muda lagi, Sulaiman (70) tetap berkeliling menjajakan dagangannya. Sejak 1997 silam, warga Jalan Kupang Desa Sarigadung Kecamatan Simpang Empat ini berjualan kerupuk keliling dengan berjalan kaki.

KARYO, Batulicin

SULAIMAN sehari-hari bekerja berjualan kerupuk keliling Kota Batulicin. Sejak pukul 06.30 Wita, ayah empat anak ini memikul kerupuknya dari rumah ke rumah. Dia berjalan kaki mulai Jalan Kupang sampai ke Simpang Empat Batulicin.

Sekadar diketahui, jarak antara Jalan Kupang sampai Simpang Empat Batulicin mencapai 4,5 kilometer. Artinya, kalau pulang pergi (PP) jaraknya 9 kilometer. Dari Simpang Empat Batulicin Sulaiman berjalan kaki lagi melewati Jalan Kodeco. Jarak Simpang Empat Batulicin ke Jalan Kodeco sekitar 3 kilometer. Dari Jalan Kodeco menuju rumahnya sekitar 4 kilometer. Jadi total jarak tempuh yang dilalui Sulaiman sekitar 16 kilometer. Itu belum dihitung jarak tempuh masuk ke komplek dan gang-gang yang menjadi langganan Sulaiman. "Kalau ditotal sekitar 20 kilometer," kata Sulaiman.

Kerupuk yang dijualnya bervariasi, seperti kerupuk udang, trengginang lakatan, kerupuk nasi, kerupuk bandung, kerupuk tempe, kerupuk bandung. Harga jual sebungkusnya Rp5 ribu. Sulaiman mengaku hanya mendapat untung Rp500 untuk setiap barang yang berhasil dijualnya. Dalam sehari Sulaiman bisa membawa 180-200 bungkus. Itupun bisa habis terjual dan kalaupun ada sisa hanya sekitar 20 bungkus saja, namun jarang tersisa. "Saya ngambil di pabrik. Saya cuma dapat untung Rp500 per bungkusnya, dan sisanya Rp4500 saya setor ke pabrik," cerita Sulaiman, kepada Radar Banjarmasin.

Pekerjaan berjualan kerupuk sudah dia tekuni sejak tahun 1997 yang lalu. Sebelum itu, kakek empat cucu dan sepuluh buyut ini bekerja berjualan sayuran di daerah perdesaan yang jaraknya cukup jauh dengan ibukota kabupaten. "Tapi hanya bertahan sampai dua tahun saja. Setelah itu saya pindah ke kota dan berjualan kerupuk," cerita Sulaiman.

Sulaiman hanya hidup bersama istrinya di rumah. Dengan upah yang diperolehnya itu, Sulaiman menggunakannya untuk membeli keperluan sehari-hari. "Kalau lagi beruntung, sehari saya bisa memperoleh upah antara Rp60-75 ribu," ujarnya.

Selain untuk memenuhi kebutuhan dapurnya, Sulaiman juga menyisihkan hasil keringatnya itu untuk membantu keperluan mondok cucunya yang ada di Barabai.

"Selama mondok, kakek sering membantu keperluannya. Alhamdulillah selama ini tidak pernah kekurangan. Tapi memang tidak bisa membeli kebutuhan lain," terang Sulaiman.

Selain itu, uang hasil jerih payahnya sebesar Rp10 ribu dia sisihkan untuk keperluan mingguan dengan ikut arisan warga di kampungnya. "Tiap minggu kumpul-kumpul sama warga kampung. Seminggu Rp10 ribu, ada sekitar 40 orang yang ikut arisan. Sekali narik dua orang yang dapat," tutur kakek kelahiran  Tasikmalaya, Jawa Barat ini.

Walaupun hidup serba pas-pasan, Sulaiman tidak pernah meminta-minta. Dia hanya ingin mencari rejeki yang halal dengan kerja kerasnya. Namun dia mengaku pernah mendapatkan bantuan BLT dua kali pencairan, setelah itu tidak pernah lagi.

"Sayapun bingung kenapa tidak dapat lagi. Mungkin dikira Ketua RT, saya sudah makmur berjualan kerupuk," kelakar Sulaiman. (yn/ram)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search