"Papa memang enggak pernah cerita. Tapi dari dulu Papa suka bereksperimen mencampur Fanta merah dengan susu, terus disiram di atas es serut. Pas dicoba, ternyata enggak begitu enak. Beberapa kali dia buat resep sampai ketemu yang pas," kata Yenie. Coba-coba resep itulah yang jadi cikal bakal toko es krim Tjan Njan.
Resep coba-coba Sim Fie ternyata cocok dengan lidah orang Jakarta kala itu. Tokonya selalu ramai pembeli. Pelanggannya tak sekadar datang membeli es krim untuk dibawa pulang. Banyak di antara mereka yang menikmati es krim sambil duduk bercakap-cakap di atas bangku dan meja rotan. Semakin sore suasana di toko es krim Tjan Njan tambah semarak. Di depan toko, penjual sate ayam dan martabak ikut menjajakan barang dagangan.
Pada masa itu, toko es krim yang membuka gerainya di Jakarta bisa dihitung dengan jari. Selain Tjan Njan, ada Ragusa, Baltic, dan Sweet Sue. "Saingannya Tjan An kalau tidak es krim Ragusa ya es krim Baltic," kata Yenie. Sampai sekarang, tiga es krim "tua" ini masih bertahan. Ragusa ada di Jalan Veteran, sementara Baltic, yang juga didirikan oleh pengusaha Tionghoa, Mulya Santosa, pada 1939, punya toko di Jalan Kramat Raya.
Masing-masing toko es krim punya pelanggan setia. Tak mengherankan jika toko es krim Tjan Njan selalu penuh pengunjung. Masalah rasa dan komposisi adonan es krim juga tidak dapat dibohongi. Dari 1 kilogram bahan adonan misalnya hanya bisa menghasilkan 1 liter es krim. Berbeda dengan es krim masa kini, yang menurut Yenie lebih ringan. Mulai pukul 8 pagi sampai 6 sore, ayah Yenie dibantu pegawainya tidak berhenti memproduksi es krim. Waktu istirahat mereka hanya saat es krim masuk ke dalam mesin giling.
"Es krim kopyor dan durian kami paling terkenal. Rasanya enggak ada yang bisa ngalahin, deh. Karena kita benar-benar pakai kelapa dan durian yang kualitasnya nomor satu. Kalau enggak ada bahannya, mending enggak usah buat," Yenie mempromosikan resep es krim Tjan Njan buatan ayahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar