Sabtu, 08 April 2017

Kisah Kegalauan Trump Sebelum Memerintahkan Serangan Rudal ke Suriah

Donald Trump dan Xi Jinping

Donald Trump, Presiden AS ke-45. (Foto: Reuters/Carlos Barria)

Serangan rudal Amerika Serikat yang menghujam pangkalan udara Suriah pada Jumat (7/3) dini hari, ternyata bukan merupakan pilihan mudah bagi Presiden Donald Trump. Pada tahun 2013, Trump menjadi pihak yang melawan gagasan Presiden Barack Obama. Kini, di tengah kehadiran Rusia di Suriah, Trump justru nekad menyerang Suriah.

Kisah kegalauan Trump dilansir oleh Reuters melalui wawancara dengan pejabat ring satu Trump di Gedung Putih. Terungkap bagaimana perencanaan serangan yang terjadi saat dirinya menjamu kunjungan Presiden China, Xi Jinping pada Kamis (6/4) atau sehari sebelum penyerangan. Trump menyempatkan diri untuk bertemu para penasihat militer untuk membahas rencana serangan di sela-sela kegiatan jamuan.

Pembahasan antara Trump dan penasihat militer dilakukan dalam pertemuan rahasia di sela menjamu pemimpin China. Di dalam ruangan Mar-a-Lago di Florida, dua penasihat andalan Trump, H.R. McMaster dan Jim Mattis menghadap presiden pada Kamis sore sebelum makan malam kenegaraan.

Donald Trump dan Xi Jinping

Donald Trump dan Xi Jinping. (Foto: Reuters/Carlos Barria)

Kedua penasihat militer presiden menawarkan tiga pilihan untuk 'menghukum' Suriah karena menyerang permukiman sipil dengan senjata kimia. Trump memotong menjadi dua pilihan: melancarkan serangan ke banyak target landasan udara di Provinsi Homs atau hanya pangkalan udara Shayrat yang menjadi tempat pesawat pengangkut senjata kimia.

Setelah mendengar masukan terbaik yang dapat meminimalisir korban dari pihak Rusia dan warga biasa, Trump memilih opsi kedua dan memerintahkan serangan rudal terhadap pangkalan udara Shayrat.

Mattis dan McMaster berargumen bahwa mengambil pilihan untuk melakukan serangan fokus terhadap pangkalan Shayrat dapat mempertegas sikap AS yang berusaha menyampaikan pesan untuk 'serangan balasan terhadap senjata kimia Suriah".

Pilihan waktu serangan yang dilakukan dini hari juga diambil untuk meminimalisir korban. Personel militer Rusia, pasukan Suriah, dan warga yang bekerja di pangkalan udara tersebut berada di luar area ketika di luar jam kerja. Tidak ada aktivitas berarti di pangkalan saat dini hari.

Cerita lain juga mengungkapkan bahwa rencana serangan tambahan juga disiapkan. Pejabat senior lainnya menyebutkan bahwa AS bersiap melakukan serangan tambahan pada Jumat malam, bergantung bagaimana rezim Assad merespons serangan. "Apakah ini berakhir atau tidak, bergantung pada Presiden Assad," ucap pejabat tersebut. "Kami memiliki rencana tambahan yang siap dijalankan."

H.R Mcmaster dan James Mattis

H.R Mcmaster dan James Mattis. (Foto: REUTERS/Yuri Gripas dan Joshua Roberts)

Trump memang terbiasa mengandalkan para penasihat ketika menghadapi situasi krisis dalam menentukan kebijakan luar negeri. Mattis yang merupakan mantan letnan jenderal dari angkatan laut AS menjadi andalan Trump untuk dimintai nasihat sejak minggu pertama dirinya duduk di Gedung Putih.

Rencana serangan ke Suriah muncul sejak hari Selasa (4/4), ketika berita tentang senjata beracun tersebar ramai di media. Sesaat setelah kejadian itu, Trump meminta daftar rekomendasi tentang langkah apa yang harus ditempuh AS untuk 'menghukum' Assad. Pejabat senior yang tidak mau disebutkan namanya berujar bahwa para penasihat bertemu Trump pada Selasa malam untuk mencari berbagai cara untuk menekan Assad. Sanksi, tekanan diplomasi, dan berbagai rencana militer disiapkan.

Bahkan, rencana agresif pun disiapkan. Pejabat senior tersebut menyebut bahwa sebuah operasi 'pemenggalan kepala' ikut masuk daftar rencana. Rencana yang dimaksud adalah sebuah serangan langsung ke istana kepresidenan Assad yang berlokasi di sebelah barat ibukota Suriah, Damaskus.

"Dia (Trump) memiliki banyak pertanyaan dan bercerita semua yang dia pikirkan sekaligus beberapa rencana yang ingin ia lakukan. Trump ingin menjaring semua pilihan yang ada," ujar pejabat lainnya.

Pada Rabu pagi, pejabat intelijen dan penasihat Trump mengungkap bahwa mereka menemukan pangkalan udara Suriah yang digunakan untuk melancarkan serangan senjata kimia dan melacak pesawat tempur jenis Sukhoi-22 yang membawa senjata tersebut. Trump memerintahkan untuk fokus melakukan operasi militer. "Penting untuk menyingkirkan segala informasi palsu dan menentukan target dan waktu," beber pejabat lainnya.

Donald Trump dan Xi Jinping

Donald Trump. (Foto: Reuters/Carlos Barria)

Pada Rabu sore, Trump muncul di Gedung Putih dan menyampaikan pernyataan resmi untuk merespons serangan Suriah. Ketika ditanyai kebijakan apa yang akan dilakukan, Trump hanya enteng menjawab: "Anda akan melihatnya nanti."

Donald Trump

Trump rapat bersama pasukan militer AS. (Foto: The White House/Handout via REUTERS)

Kamis pukul 15.35, Panglima Tertinggi Militer AS, Jenderal Joseph Dunford menyelenggarakan rapat yang dihadiri kepala staf angkatan perang di Pentagon untuk mematangkan serangan militer. Pertemuan itu diselenggarakan bersamaan dengan pertemuan Trump dengan penasihatnya di Florida. Pukul 16.00, dari Florida, Trump memerintahkan serangan militer kepada pejabat militer di Washington.

Dua kapal perusak AS dikerahkan ke sisi timur laut Mediterania. Dini hari waktu Suriah, USS Ross dan USS Porter menembakkan 59 rudal ke target yang akhirnya dipilih oleh Trump, pangkalan militer Shayrat. Serangan itu menjatuhi sasaran pukul 20.40 waktu AS, sesaat setelah Trump dan Xi Jinpin selesai menikmati makan malam mereka di Florida.

Kapal perang AS melepaskan rudal.

Kapal perang AS melepaskan rudal. (Foto: Reuters/Militer AS)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search