Rabu, 14 Juni 2017

Kisah Leluhur Tegal Gubug yang Ulung Berdiplomasi dan Berniaga

Kegagalan tiga pasukan Khusus Kerajaan Padjadjaran tersebut membuat Prabu Siliwangi diperintahkan untuk bertindak dan berperang dengan Cirebon. Perintah Padjadjaran kepada Rajagaluh untuk berperang dengan Cirebon tersebut sudah diketahui Sunan Gunung Jati sebelumnya.

"Waktu ada konflik dengan Rajagaluh di Cirebon sedang kedatangan Pangeran Trenggono dari Demak yang juga menantu Sunan Gunung Jati. Mereka kemudian mengirimkan telik sandi untuk mengetahui kekuatan dari Kerajaan Galuh," ujar dia.

Dalam suasana panas antara dua kerajaan, Ki Demang Suropati terus mendapat peran untuk berdiplomasi dengan Padjadjaran. Tugas utama Ki Demang Suropati saat itu memberikan penjelasan kepada Padjadjaran terkait penghentian pemberian upeti.

Namun demikian, upaya diplomasi antara dua kerajaan tersebut gagal dan tidak menemukan titik terang. Hingga akhirnya terjadi peperangan antara Kerajaan Cirebon dan Rajagaluh di pegunungan kapur Palimanan.

"Dengan gigih Kerajaan Cirebon berperang dan berhasil mengalahkan Rajagaluh karena rahasia kerajaannya sudah diketahui terlebih dahulu oleh pasukan Telik Sandi Sunan Gunung Jati," ujar dia.

Opan menyebutkan, pengiriman upeti Kerajaan Cirebon ke Padjadjaran di Desa Balerante. Sejak dihentikannya pengiriman upeti, perekonomian Kerajaan Padjadjaran terganggu.

Perang pun berakhir dengan Cirebon sebagai pemenang. Sunan Gunung Jati kemudian mengutus Ki Demang Suropati untuk mengambil harta rampasan perang, termasuk sisa pasukan lawan untuk dijadikan budak.

Namun, di tengah menjalankan utusan Sunan Gunung Jati, Ki Demang Suropati terpikat oleh putri Cakrawati anak dari Cakraningrat Rajagaluh.

"Ki Demang Suropati meminta agar putri Cakrawati tidak dijadikan tahanan perang kerajaan dengan berbagai alasan dan Sunan Gunung Jati karena sudah tahu akhirnya mengizinkan. Sempat menjadi rebutan dengan kakaknya Demang Suropati, tapi akhirnya jatuh ke tangannya sendiri dan Putri Cakrawati akhirnya dinikahi," tutur dia.

Opan mengatakan pula, peran Ki Demang Suropati menjadi diplomat Kerajaan Cirebon mendarah daging hingga saat ini. Terlihat dari keberadaan Pasar Tegal Gubug hingga menjadi pusat grosir terbesar se-Asia Tenggara.

"Saya tahu persis tahun 1980-an pusat grosir Tegal Gubug mulai ramai, tapi memang tidak setiap hari karena pedagang juga perlu belanja ke distributor," sebut dia.

Opan menjelaskan, warga Tegal Gubug secara tidak langsung sangat pandai berdiplomasi. Tak mengherankan, bila kemudian pelanggan merasa nyaman belanja di Pasar Tegal Gubug.

"Diplomat yang halal kan baiknya di dunia perdagangan. Terus, orang Tegal Gubug juga kreatif dan kreatif itu jadi salah satu ciri-ciri diplomat," filolog Cirebon itu memungkasi.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search