Sabtu, 17 Juni 2017

Kisah WNI dan Muslim Asli China Berpuasa di Negeri Panda

MUSLIM di China kerap dikabarkan kesulitan dalam menjalani ibadah puasa Ramadan akibat pelarangan dari pihak pemerintah. Memang, sudah bukan rahasia lagi jika umat Islam di China merupakan kalangan minoritas. Hal ini tentunya memancing keprihatinan dari umat Islam lainnya.

Namun, mengutip Community Times, pihak Negeri Tirai Bambu dengan tegas membantah tudingan tersebut dan menyatakan, bahwa Muslim China bisa menjalani puasa Ramadan dengan lancar. Seorang mahasiswa asal Indonesia yang kini tengah belajar dan menetap di Negeri Panda, Fadlan Muzzaki, memberikan kesaksiannya tentang kabar tersebut.

BERITA REKOMENDASI


"Saya tidak membantah berita itu, tapi saya sampai saat ini tidak menemukan hal tersebut. Saya tinggal di Hangzhou tapi di sini juga banyak orang-orang Uighur. Malah kita penasaran tentang kebijakan Tiongkok yang kurang pro-Muslim, karena kami tidak menemukan hal seperti itu di sini. Tapi ini mungkin juga karena saya tinggal di dekat pusat Kota Shanghai dan orang-orang di sini cukup moderat," terang Fadlan, saat dihubungi Okezone belum lama ini.

Uighur sendiri merupakan etnis minoritas di China yang menganut agama Islam. Seperti Muslim lainnya, perempuan Uighur mengenakan jilbab dan laki-lakinya memelihara janggut. Uighur secara kultural merasa lebih dekat terhadap bangsa Turk di Asia Tengah, ketimbang mayoritas bangsa Han. Suku ini memang merupakan keturunan dari suku kuno Huihe yang tersebar di Asia Tengah.

"Saya pernah bertanya kepada teman-teman Uighur yang ada di sini. Mereka bilang, tidak ada hal-hal seperti itu. Sebagai contoh, berita yang beberapa waktu lalu lagi naik 'pemerintah China melarang Muslim Uighur punya jenggot dan brewok', tapi setelah saya konfirmasi ke teman-teman di sana katanya itu masih dikaji lagi dan memang bukan tipikal muslim di sana," terang Fadlan lebih lanjut.

Hal senada juga sempat disampaikan oleh warga Muslim asli China, Li Xan yang kini tengah tinggal di Chile. Sebagaimana dikutip dari Biharan Juman, ia menyatakan, bisa menjalani Ramadan dan hari raya Idul Fitri dengan damai di negaranya. Mahasiswa jurusan teknik di Universidad Del Desarrollo itu menyebut, Ramadan di China menjadi momentum menjalin persaudaraan, solidaritas, dan kesempatan untuk beramal.

Sebagai salah satu dari 20 juta Muslim di China, Lin mengaku tak pernah mengalami kendala karena agama yang dianutnya.

"Sejak berdirinya Republik Rakyat Cina pada 1949, hak dan kebebasan beragama umat Islam telah dilindungi oleh undang-undang dasar dan hukum," papar Lin.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search