Apa rasanya saat menangkap Jaringan Internasional?
AKP Ocha adalah anggota Tim Gabungan Satuan Tugas Merah Putih yang menggagalkan penyelundupan satu ton sabu (DERY RIDWANSAH/JAWA POS)
Tentu menantang ya, enam minggu saya di lapangan. Mereka (jaringan internasional) itu lebih pintar, lebih canggih teknologinya. Beda dengan yang kami tangkap sehari-hari. Jaringan internasional dengan barang bukti sebanyak itu tentu menangkapnya memerlukan tingkat kewaspadaan lebih tinggi.
Bagaimana selama proses pengintaian?
Saya itu enggak takut apapun. Jadi, saat malam itu, satu hari sebelum penyergapan, dari pukul 23.00 hingga 03.00 harus saya pastikan di situ enggak ada orang lain selain tim kami. Saya jalan dari ujung hotel, ke ujung pantai. Saya hanya jalan seorang sendiri. Karena tim yang lain bekerja sendiri.
Apa yang ditakutkan saat pengintaian?
Saya pastikan tak ada yang curiga sebab di sana banyak orang mancing. Lalu saya pastikan di ujung tempat angkut barang ada orang lain atau enggak, karena di situ gelap. Saya jalan biasa saja, santai. Kekhawatiran saya, jangan ada orang yang melihat. Lalu sesekali, saya berhenti di batang pohon melihat situasi. Sampai akhirnya anggota saya datang. Kita atur settingan tempat bagaimana harus mengendap.
Mengapa bisa begitu yakin saat pengintaian?
Itu insting. Sehari sebelumnya kami sudah mengikuti juga, jadi kami tahu persis jam berapa mereka bakal kerja, apa yang akan dilakukan. Kami harus antisipasi, jangan sampai dipantau mereka. Pukul 23.00 WIB semua anggota sudah berada di posisi masing-masing. Hingga pukul 03.00 pelaku sudah selesai transaksi dan barang sudah diangkut ke mobil, barulah semua tim yang sudah mengepung seluruh sudut hotel bertindak di depan gerbang Hotel Mandalika.
Bagaimana kondisi di lokasi saat itu, apakah mencekam?
Gelap. Tak ada cahaya sama sekali, apalagi mercusuar. Sebab, itu bukan dermaga aktif. Para pemancing ada di sudut kiri, dan pelaku ada di kanan. Justru karena lokasi itu tak aktif digunakan sampai para pelaku berani mengambil area itu sebagai tempat transaksi.
Sebagai Kepala Tim Penyelidikan dan seorang perempuan, bagaimana anda dalam mengatur manajemen tim?
Kami ada grup WhatsApp. Paling enggak, kami intens berkomunikasi untuk berkoordinasi mengatur posisi masing-masing. itu bukan saya yang atur, semuanya sudah bekerja profesional, tahu harus apa, dan berada di posisi mana.
Anda Hanya 30 Meter dari Target, Mengapa Berani Sekali?
Sebagai perwira, maka saya harus berada di paling depan memimpin anggota. Minggu depan ada rekonstruksi, bisa kelihatan posisi saya ada di posisi paling dekat. Itu semua karena rasa ingin tahu saya yang terlalu tinggi. Tentu tidak boleh offside atau beresiko. Semua sudah terukur sesuai pengintaian, insting, dan berbagai informasi yang kami dapatkan. Akhirnya, barulah kami bisa menyergap mereka.
(ika/JPC)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar