radarlampung.co.id – Transplantasi ginjal jadi solusi medis Hakim Prasetya (37) untuk sembuh dari sakitnya. Kesulitan dia mencari orang yang mau menyumbangkan ginjalnya. Demi sang adik, Rahmat Arif Gunawan (48), kakaknya, memutuskan jadi pendonor.
Laporan Kiki Wulandari, PALEMBANG
SEORANG pria mengenakan masker terlihat bercengkerama dengan istri dan saudaranya yang datang membesuk di ruang Rupit 1 No. 7 Rumah Sakit Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang. Tak terlihat sakit dari wajah dan gerak tubuhnya.
Dia memang bukan pasien yang sedang dirawat untuk menyembuhkan penyakitnya. Tetapi pendonor ginjal yang akan menjalani operasi. Pria itulah, Rahmat Arif Gunawan. Dia akan mendonorkan sebelah ginjalnya untuk sang adik, Hakim Prasetya.
Melihat kedatangan koran ini, dia dan istrinya menyambut ramah. ''Masuk, Mbak," ujarnya. Ya, rencananya hari ini dia masuk ruang operasi. Adiknya jadi pasien ketiga yang menjalani operasi transplantasi ginjal di RSMH Palembang.
Sebelumnya, pasien pertama Rezkiana dan pasien gagal ginjal kedua, Eka Candra Kristin, sukses menjalani operasi tersebut. Berkaca dari dua keberhasilan itu, dia mendorong adiknya untuk melakukan transplantasi.
Rahmat selaku anak nomor dua rela jadi pendonor lantaran sebagai kakak dia ingin melihat adiknya sembuh dari gagal ginjal yang diderita sejak empat tahun lalu itu. Dua kali dalam seminggu adik bungsunya harus cuci darah.
''Tidak tega lihat kondisinya," ungkapnya. Alasan lain Rahmat, dia merasa perjalanan hidup sang adik masih panjang. Dengan usia 37 tahun, banyak harapan yang bisa diraih.
Apalagi melihat anak-anak Hakim yang masih kecil. ''Kalau dia sehat, tentunya kami semua senang," ujarnya.
Hanya, keinginan dari Rahmat yang seorang wiraswastawan tersebut tidak berjalan mulus. Terutama untuk mendapatkan persetujuan dari keluarga. Meski istrinya Euis Siti Saro mendukung, tidak dengan ketiga anaknya. Bahkan, anak bontotnya yang masih duduk di bangku SMP sempat menentang. ''Katanya, saya tidak setuju papa donor, tidak mau lihat papa sakit," kata Rahmat menirukan ucapan anak bungsunya.
Sebetulnya, putri sulungnya juga keberatan. Dia mencari informasi di internet untuk tahu dampak pendonor ginjal pascaoperasi. Beberapa dampak itu dia sampaikan kepada Rahmat. Mulai mudah sakit, rawan hipertensi, dan dampak lain.
Sulitnya lagi menghadapi putri keduanya yang pendiam. ''Dia hanya diam, tidak bilang setuju atau tidak setuju," cerita Rahmat gamblang. Berbagai pendekatan dilakukan Rahmat bersama sang istri untuk membujuk ketiga anak mereka. Yang dilakukan pertama, memberikan pengertian bahwa tidak akan terjadi apa-apa pada Rahmat, orang yang mereka sayang dengan sisa satu ginjal.
Rahmat berikan pengertian kepada mereka kalau pahlawan tidak hanya berbuat untuk negara, tapi juga bagi keluarga. Salah satunya dengan membantu Hakim, paman ketiga anaknya, yang saat ini sedang sakit. "Anak sulung dan bungsu hatinya mulai cair," tuturnya.
Sedangkan anak kedua tetap dengan sikap diamnya. Cara lain, Rahmat dan istri mengajak ketiga anak mereka makan di luar. Sebetulnya itu sudah jadi agenda rutin keluarganya untuk memupuk rasa kekeluargaan. Dalam obrolan, Rahmat selalu menyelipkan tujuan dari donor ginjal dan dampak positifnya.
"Selain makan, kami juga nonton bareng. Selalu diselipkan bujukan agar mereka memperbolehkan saya menjadi pendonor," bebernya. Puncaknya ketika psikolog RSMH Palembang meminta persetujuan ketiga anaknya untuk memulai persiapan transplantasi. Saat itulah keluh kesah dan kecemasan ketiga anaknya memuncak. Tak disangka, tangis anak keduanya pecah. "Yang bungsu juga nangis, tapi tidak sesedih kakaknya," kata Rahmat sembari menyebut kalau putri keduanya memang lebih dekat dengan dia.
Akhirnya, semua mendukung Rahmat untuk mendonorkan ginjalnya. Begitu begitu, ketiganya masih menyimpan rasa cemas. Wujud dukungan terlihat sejak dia mulai menginap di rumah sakit. Anak-anaknya itu ikut menjaga. Secara psikologis, tidak ada ketakutan menghadapi operasi hari ini.
"Saya percaya semua sudah diatur oleh Allah swt," ucapnya. Yang jadi pikiran Rahmat, mental ketiga anaknya saat ia menjalani operasi. Kini, kendala sudah hilang. Niat baiknya dilancarkan Sang Khalik.
Dari hasil tes, golongan darahnya ternyata sama Hakim. Dari tujuh saudara, tiga orang punya golongan darah O, turunan dari ibu. Sedangkan empat saudara lain golongan darah B, seperti ayah mereka. "Satu dari kami yang darah O sudah meninggal. Tinggal saya dan Hakim. Maka, hanya saya yang bisa donor," jelas dia.
Sebagai penerima donor, Hakim, adiknya sudah siap. Tapi dia rupanya ikut memikirkan keberatan anak-anak sang kakak terhadap operasi itu. "Itu yang ditanyakan adik saya," tambah Rahmat. Namun, semua keraguan itu akhirnya sirna sering dukungan untuk transplantasi ginjal hari ini. Sebelum operasi, semua saudaranya telah menggelar doa bersama. ''Mohon doa ya mbak agar operasi lancar dan kami semua sehat," tuturnya. (c1/wdi)
loading...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar