
Berawal dari keprihatinan itu pula, ia juga membuat gerakan kopikalitas di Surabaya untuk wadah berkumpul para barista dan saling berbagi pengetahuan tentang kopi. Mereka belajar bersama untuk mengetahui kopi, bagaimana memproses bahan bakunya, metode roasting (sangrai), brewing (penyeduhan) sampai ke penyajiannya.
Saat itu, kata dia, dunia kopi masih eksklusif dan ilmunya dibagikan dalam even berbiaya mahal. Sementara, Azhari hanya menetapkan tarif seharga segelas kopi. "Saya pernah ditegur sesama barista karena membagi ilmu dengan tarif yang menurut mereka terlalu murah," ujarnya.
Sedang senang-senangnya menggeluti dunia kopi, cobaan menimpa Azhari. Tanpa tahu apa sebabnya, Azhari merasa dada hingga ujung kakinya mati rasa. Setelah diperiksa di rumah sakit, ternyata ia menderita Transversemielitis atau peradangan pada tulang belakang yang membuatnya lumpuh dan harus beraktivitas dari atas kursi roda.
Setelah itu, ia berhenti dari pekerjaanya dan dunia perkopian yang digelutinya lalu pulang ke rumahnya di Dusun Jambenom Desa Karangcengis, Kecamatan Bukateja, Purbalingga.
"Saat itu tidak bisa melakukan apa-apa. Hampir selama dua tahun hanya tidur di ranjang," ucapnya. Satu tahun sakit, cobaanya bertambah. Istrinya memutuskan untuk berpisah dan membawa anaknya semata wayang.
"Sampai sekarang masih tidak bisa berkonunikasi dengannya. Tapi, ya sudah, saya terima dengan lapang dada," katanya dengan wajah datar.
Setahun lebih Azhari bermuram diri, ia ratapi kemalangan yang menimpanya berkali-kali. Kopi jualan kemudian yang menjadi pemantik semangat hidupnya menyala kembali.
Saat ia sakit, banyak temannya yang datang bertandang untuk menjenguk dan bertanya tentang kopi. Bahkan ada yang jauh-jauh datang ke rumahnya hanya untuk belajar kopi. Sejak saat itu, ia mulai aktif menulis catatan tentang di dinding facebook untuk membagikan pengetahuannya tentang kopi.
Akhirnya, pada Februari 2017, ia memutuskan untuk membuka kedai bernama Kopikalitas itu. Ia dibantu adiknya, Azhari Ginanjar Ardi meladeni penikmat kopi di Purbalingga dengan penuh keakraban. Aktivitas untuk berbagi pengetahuan tentang kopi pun berlanjut meski dilakukanya di atas kursi roda.
Ia menjadi pembicara dalam bebagai even seperti Bumiayu Fun V60 Battle 2017 juga menjadi narasumber pada Bimbingan Teknologi Peningkatan Kualitas Kopi 2017 Kantor Pusat Layanan Usaha Terpadu Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Jawa Tengah di Purwokerto.
Azhari pun masih terus berusaha untuk mewujudkan mimpinya, memasyarakatkan dan mengembangkan kopi lokal. Dia bangun kembali gerakan Kopikalitas di Purbalingga. Ia gandeng industri-industri kecil warung kopi dan petani-petani di Purbalingga untuk berbagi ilmu.
"Saya harap pelaku industri kopi di Purbalingga konsisten dan selalu meningkatkan kualitas SDM maupun kualitas kopi mulai dari petani, pengolahan pascapanen, roastery (rumah sangrai), pengepakan dan pendistribusian, sampai proses penyajian sehingga branding kopi lokal harum namanya di masyarakat luas," ujarnya.
Ia pun masih menyimpan obsesi untuk membagi ilmu dan pengalamanya dalam bentuk sebuah buku. Azhari membuktikan bahwa keterbatasan tak membuatnya untuk berhenti berkarya.
"Cacat badan karena takdir, cacat jiwa karena tidak berpikir," ujarnya berfilosofi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar