Sejumlah orang tua siswa setia menunggu di depan sekolah untuk menjemput. Namun, tak sedikit pula para bocah SD ini berkumpul saling menunggu untuk pulang berbarengan lantaran orang tuanya tak menjemput.
Seperti dirasakan Lidia Nurmela, siswi kelas IV SDN 2 Ciledug Wetan. Ia bersama teman-temannya selalu pulang berbarengan. Jarak rumah Nurmela dari sekolahnya sekitar satu kilometer.
Dia memilih pulang bersama dengan teman sekolah karena rumahnya yang berada di Kampung Palabuan Desa Ciledug Wetan, Kecamatan Ciledug, Kabupaten Cirebon, mesti menerobos arus Sungai Cisanggarung. Nurmela dan temannya selalu waswas lantaran harus melewati sungai tanpa alat bantu keselamatan.
"Ya khawatir, jadi kalau pulang ramai-ramai sama teman," kata Nurmela kepada detikcom usai pulang sekolah, Selasa (5/9/2017).
Ia berani berjalan menyeberangi Sungai Cisanggarung saat surut dan volume airnya tidak tinggi. Setiap hendak menyeberang, Nurmela dan teman-teman sekolahnya terpaksa melepas sepatu.
"Saya dari kelas dua sudah berani menyeberang, kalau sungainya lagi enggak banjir saja. Kalau dulu ada perahu, jadi sering naik perahu juga," ujarnya.
Nurmela ingin sekali merasakan pergi dan pulang sekolah menyeberangi Sungai Cisanggarung menggunakan jembatan. Tetapi fasilitas tersebut nihil.
![]() |
"Kadang yang masuk cuma 40-an siswa, kadang tidak lebih dari itu. Ya karena tidak ada jembatan. Apalagi kalau banjir, banyak siswa yang enggak berangkat," ucap Farida.
Pihak sekolah memaklumi sewaktu sekolah sepi peserta didik. Memasuki musim kemarau seperti sekarang ini, banyak siswa yang berani menyeberang sungai demi sekolah. Menurut Farida, sudah puluhan tahun di area sungai itu tidak ada jembatan sebagai akses penghubung Kampung Palabuan dengan SDN 2 Ciledug Wetan yang berada di Kampung Kebon Awi, Desa Ciledug Wetan, Kecamatan Ciledug, Kabupaten Cirebon.
(bbn/bbn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar