
TEMPO.CO, Jakarta - Pada Kerusuhan Mei 1998, banyak wanita etnis Tionghoa menjadi korban pemerkosaan. Berbagai cara dilakukan untuk bisa menyintas atau bertahan hidup, sebagian pergi keluar negeri. Relawan saat itu, Ita Fatia Nadia, menceritakan bagaimana situasi Bandara Soekarno-Hatta sangat hiruk-pikuk penuh dengan orang-orang yang ingin menyelamatkan diri keluar negeri.
Sementara itu, Karlina Leksono Supelii, dosen STF Driyarkara, yang waktu itu relawan Suara Ibu Peduli, juga menceritakan bagaimana korban pemerkosaan dicarikan rumah aman. Bahkan dicarikan orangtua adopsi untuk anak yang dilahirkan akibat pemerkosaan.
Kisah penyintas lain diceritakan oleh Romo Sandyawan, rohoniwan dan anggota Tim Gabungan Pencari Fakta Kerusuhan Mei 1998. Dewi, sebut saja demikian, karena kerap mendapat teror, akhirnya disembunyikan sementara ke Singapura. Romo Sandy sendiri mengaku mendapat teror sepulang dari Belanda.
Jurnalis Video: Maria Fransisca, Hand Wahyu
Stok Foto: Rully Kesuma, Bodhi Chandra
Editor: Ngarto Februana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar