Laporan Wartawan TribunSelayar.com, Nurwahidah
TRIBUNSELAYAR.COM, BENTENG -Pekerjaan apapun, jika dikerjakan dengan ikhlas akan mendapat berkah.
Diantara bukti keberkahan yang diberikan Allah SWT, kepada hamba-Nya, bisa dilihat dari kisah penyandang disibilitas tuna netra Abdul Karim (47) salah satu warga Selayar. Ia sehari-hari berprofesi sebagai tukang jahit sepatu.
Tiap pagi pukul 08.00 sampai 16.00 Wita, Abdul Karim kerap dilihat mangkal di seberang jalan depan BRI Selayar, Kecamatan Benteng, yang merupakan tempat melayani pemilik sepatu yang ingin menggunakan jasanya.
Oleh karena itu, pekerjaan menjahit sepatu sandal yang dinilai Abdul Karim sebagai perkerjaan mulia tetap dilakoninya tanpa malu sedikit pun.
Pahit dan manis pengalaman yang dikecapnya sudah tak terhitung sedari ia melakoni profesi yang kemampuannya dipelajari dari otodidak.
Meskipun terik panas Matahari menerpa kulitnya, ia tetap bernaung di bawah pohon Glodokan Tiang, satu kursi plastik warna coklat diduduki, tidak membuat patah semangat demi membiayai Sekolah ke dua anaknya dan kebutuhan sehari-hari.
"Hanya sebuah semangat yang saya miliki, demi biaya Sekolah anak. Meskipun pendapatan sehari tidaklah seberapa," kata Abdul Karim kepada Tribunselayar.com, Jumat (3/8/2018).
Ia menambahkan bahwa adapun ongkos sepatu Rp 20 ribu untuk satu pasang dan ongkos sandal Rp 15 ribu satu pasang.
Pendapatan sehari 20 sampai 50 ribu, bahkan tidak ada sama sekali jika sepi. Kondisi ramai jika lebaran, kadang Rp 100 ribu perhari.
"Uang yang didapatkan sehari dipakai untuk makan, selebihnya ditabung untuk biaya Sekolah. Selain itu untuk penghematan maka istri selalu menyiapkan bekal tiap hari,"tuturnya.
Abdul Karim berharap agar pemerintah membuatkan lokasi usaha khusus penyandang disibilitas agar bisa hidup mandiri. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar