Selasa, 14 Februari 2017

Kisah Pasangan Sumatra di Amerika Berbagi Valentine selama 50 Tahun

KOMPAS.com — Minggu sebelum hari Valentine, Teresa Dimyadi (74), mempersiapkan makan siang untuk sang suami, Edward (81), yang telah bersama selama 50 tahun.

Teresa mengajak suaminya yang menderita stroke berbicara dengan dialek Hokkien yang juga kental dialek Sumatera di apartemen mereka yang berlokasi di West Seattle, Amerika Serikat (AS).

Keduanya lahir dan besar di Kota Sabang, seberang utara Pulau Sumatera.

Teresa menceritakan bahwa orangtuanya dan orangtua Edward saling mengenal baik. Namun, Teresa tidak pernah benar-benar mengenal Edward hingga usianya mencapai 20 tahunan.

"Saya jatuh cinta kepadanya (Edward). Saya tidak tahu kenapa. Tidak pernah ada alasan yang benar-benar bisa saya jelaskan," kata Teresa.

Keduanya menikah pada 19 September 1965 dan memiliki satu putra dan satu putri.

Edward dan Teresa membesarkan anak-anak mereka di Sumatera. Edward merupakan seorang pengusaha dan Teresa adalah guru musik.

"Waktu berjalan begitu cepat," katanya.

Kepergian mereka beremigrasi ke AS berawal dari sebuah ketidaksengajaan.

Suatu hari pada tahun 1980-an, Teresa menemukan sebuah tawaran aplikasi peluang beremigrasi ke AS pada sebuah harian lokal.

"Saya segera mendaftarkan diri dan tidak pernah mendengar balasan selama tiga tahun. Saya mendapatkan undangan wawancara di Kedubes AS di Jakarta. Saya segera datang dan disetujui," ujarnya.

Teresa mengatakan bahwa dia sangat bahagia karena dia sangat mencintai dan selalu bermimpi untuk mengunjungi Amerika Serikat.

Pasangan suami istri ini memboyong putranya untuk tinggal di Seattle pada tahun 1990.

Putrinya, kala itu, sudah tinggal dan bermukim di Jerman.

Beberapa bulan sampai di negara Paman Sam tersebut, Edward menemukan pekerjaan di perusahaan sosis dan Teresa tetap menjalankan profesi sebagai guru musik.

Teresa mengatakan bahwa pernikahan bukan sesuatu yang mudah. Sebaliknya, pernikahan membutuhkan kerja keras dan kemauan untuk menjaga komitmen.

Dia mengatakan pernah harus merepresentasikan makna cinta di depan kelas bahasa Inggrisnya saat tahun-tahun pertama tinggal di AS.

" Saya mengatakan kepada teman-teman sekelas, jika pintar, mereka tidak akan memilih menikah karena ini tidak mudah," ucapnya sembari tertawa.

Segala kelebihan dan kekurangan pernikahannya, kata Teresa, selalu berharga untuk dikenal jika dia mengingat masa lalu.

Dia juga mengungkapkan bahwa selama 50 tahun menikah, dia dan suaminya memiliki ritual harus merayakan hari Valentine.

Perayaan itu, kata Teresa, tidak harus yang besar. Namun, acara sederhana untuk merayakan cinta dan hidup mereka berdua.

Dulu, sebelum Edward terserang gangguan pada otak yang menggerakkan saraf motoriknya, peraayan Valentine selalu diwarnai dengan alunan musik piano.

Teresa menuturkan bahwa dia akan bermain piano dan Edward menyanyikan lagu "Come Back to Sorrento" pada malam Valentine.

Tahun ini, Teresa hanya akan merayakan Valentine dengan menikmati pizza dengan Edward dan sejumlah perawat yang telah membantunya merawat sang suami setiap Senin hingga Jumat.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search