Selasa, 04 April 2017

Kisah Ketangguhan Warga Brisbane Hadapi Banjir Akibat Topan Debbie

Brisbane -

Warga di Queensland tenggara, Australia, menyingsingkan lengan baju untuk membantu para korban banjir akibat Topan Debbie pekan lalu.

Toko penjual pie terkenal Yatala Pie Shop yang dibangun pada tahun 1871, merupakan salah satu yang menjadi korban di pinggiran selatan Kota Brisbane.

Toko ini masih tertutup hari Selasa (4/4/2017) karena aksi bersih-bersih masih berlangsung.

Yatala's famous pie shop has been totally inundated, it is less than a kilometre from the Albert River.
Toko penjual pie terkenal di daerah Yatala yang terendam banjir, terletak tidak sampai 1 km dari sungai Albert River. (Supplied: Nine News)

Susan Porter yang telah memiliki toko ini selama tiga dekade, mengatakan banjir datang lebih cepat daripada yang mereka bayangkan.

"Pada Jumat pagi juru masak kami mulai pukul 03:00 membuat pie dan mobil deliveri mulai bergerak pukul 5:30," katanya kepada Steve Austin dari ABC.

"Saat istirahat pukul 6:30 mereka melihat air telah datang dan kami pun terjebak," ucapnya.

"Kami tak pernah berpikir bahwa air akan masuk ke toko," tambah Susan.

"Staf yang tanggap langsung menggunakan karung tepung untuk menutupi bangunan tapi hal itu tidak cukup," tuturnya.

Staf dan relawan sekarang berada di loksi itu menghancurkan bagian dalam dinding yang telah rusak oleh air.

"Kami kehilangan oven dan kamar pendingin, tapi kami baik-baik saja dan semua orang telah menunjukkan tindakan luar biasa," katanya.

"Semakin kami bersihkan... tampaknya justru semakin banyak," kata Susan Porter. "Tapi saya berusaha mendapatkan oven baru dan begitu dapat kita akan membuka toko kembali."

Aksi pembersihan diBeenleigh

Di Beenleigh yang dekat dari situ, Windaroo Cottage yang bersejarah dan populer sebagai tempat pernikahan juga terkepung banjir Jumat pekan lalu.

Pemiliknya, Wendy Child mengatakan, kejadian banjir masih tergiang terus sejak itu.

"Kami pergi tidur dengan pikiran kami baik-baik saja. Tapi ketika kami bangun pukul 4:00 pagi hari Jumat, saya pun menangis," katanya.

"Saya hanya bisa melihat lautan air dan tidak bisa melihat apa-apa lagi," ujar Wendy.

Dia mengatakan bantuan dari warga setempat sangat luar biasa.

"Orang-orang baik dari masjid Stapleton Mosque telah membantu kami tanpa henti," kata Wendy Child lagi.

Before and after the floods at Beenleigh State High School.
Foto kondisi Beenleigh State High School sebelum dan sesudah banjir. (Foto: ABC/Terri Begley)

Sementara itu, Matt O'Hanlon, kepala sekolah Beenleigh State High School mengatakan, kekhawatiran terbesar selama banjir adalah menjaga hewan peliharaan di sekolah.

"Kami harus membawa mereka ke tempat yang lebih tinggi," katanya.

"Kami bisa membawa mereka... kami tidak perlu menaruh hewan ini di atas meja, yang tentunya akan sulit dilakukan," tambahnya.

"Untungnya kami tidak berada di sekolah pada hari Jumat karena air naik begitu cepat dan hal itu akan menjadi bencana," kata O'Hanlon.

'Kami hanya bisa melihat air'

Warga North Maclean, Tom dan Lisa mendapati 25 dari 26 acre lahan mereka terendam banjir.

"Kami hanya bisa melihat air, air dan lebih banyak air," kata Lisa.

"Kami tidak berhasil menyelamatkan semuanya tapi kami memiliki lebih dari apa yang dimiliki orang lain," lanjutnya.

Tom menambahkan, beberapa hari ke depan mereka akan melakukan pembersihan dan inventarisasi harta benda yang tersisa.

"Sampai lumpur mengering... kami sama sekali tidak bisa berbuat banyak," katanya.

"Jika saja turun hujan sekitar 10 sampai 15mm, hal itu akan membantu membersihkan lumpur ini," tambahnya.

Pool tables and flooded furniture placed on the side of the street in North Maclean.
Barang-barang yang rusak akibat banjir di daerah Eagleby dan North Maclean. (Foto: ABC/Terri Begley)

Diterbitkan Selasa 4 April 2017 Pukul 13:00 AEST oleh Farid M. Ibrahim dari artikel berbahasa Inggris.


(ita/ita)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search