
Setelah melakukan salat asar, Ummu Hatf segera meraih telepon selulernya. Sebuah pesan melalui aplikasi percakapan Telegram masuk ke ponsel istri terpidana kasus terorisme Syaiful Anam alias Brekele, 38 tahun, itu. Pengirim pesan tak lain adalah anaknya, Hatf Saiful Rasul, yang tengah berada di Suriah. "Ummi, minta doanya. Ini kami sedang mundur dari Jarablus (wilayah di Suriah)," begitu isi pesan Hatf yang disampaikan kepada ibunya pada 25 Agustus 2016.
Bocah yang menjadi kombatan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) itu menceritakan bahwa ia bersama teman-temannya digempur oleh milisi Kurdi dan pasukan koalisi. Tak lama kemudian, komunikasi terputus. Sepekan berselang, 1 September 2016, bocah laki-laki yang berusia 12 tahun itu tewas dihantam serangan bom udara.
Meski sudah setahun berlalu, kabar tewasnya Hatf itu baru terungkap belakangan ini setelah diberitakan oleh Reuters. Reuters mengutip cerita Hatf dari tulisan panjang Brekele yang dibuat pada 16 September 2016.
Brekele menuliskan kisah anak sulungnya itu dari dalam penjara Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Ia mendekam di penjara terkait kasus peledakan bom rakitan di Pasar Tentena, Poso, Sulawesi Tengah, pada 2005. Bahkan Brekele juga diduga terlibat aksi peledakan Bom Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta, pada Januari 2016.
Markas Besar Kepolisian RI membenarkan bahwa Hatf, yang lahir di Poso pada 23 November 2003, adalah anak Brekele. "Iya, benar itu. Kan sekarang (Brekele) ada di lapas," kata Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Martinus Sitompul di Mabes Polri, Jakarta, Rabu, 13 September 2017.
Dalam tulisannya yang dilihat detikX Selasa, 12 September lalu, Brekele bercerita bahwa Hatf berangkat ke Suriah pada 25 Agustus 2015. Hatf pergi bersama paman dan bibinya (saudara kandung Ummu Hatf), yaitu Abu Hafsah dan Ummu Hafsah. Saat itu Hatf baru dua tahun belajar di Pondok Pesantren Ibnu Mas'ud di Desa Sukajaya, Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar