Kamis, 21 Desember 2017

Kisah Calon Pengantin Penyulam Benang Emas

TIGA gadis berparas ayu duduk bersimpuh. Kain beludru merah terbentang di pangkuan. Jari jemarinya memegang jarum berbenang emas, bergerak lincah mengikuti pola membentuk sulam kasab khas pesisir Kuala Baru, Aceh Singkil, Rabu (20/12).

Mereka adalah Mafira (24), Yuzia Partiwi (20), dan Nita Harvida (23) perawan nan rupawan penduduk Desa Kuala Baru Sungai. Di rumah papan yang telihat mulai menua ditelan zaman, sibuk menyulam kasab sebagai perlengkapan pesta pernikahan Yuzia Partiwi.

Sulam kasab yang dibuat tiga remaja putri ini merupakan bahan membuat tabir rumah, kelambu, alas tempat tidur, serta sarung bantal. Setiap calon pengantin perempuan di Kuala Baru, harus membuat sulam kasab sendiri sebagai perlengkapan adat pesta perkawinan.

Tak terkecuali Yuzia Partiwi, dibantu dua saudara perempuannya serta sang bibi. Gadis berkulit putih itu harus menyulam kasab. Sulaman dilakukan di kain beludru berwarna merah dengan ukuran 2 meter x 1,4 meter.

Jika dikerjakan sendiri sulam tersebut selesai dalam sebulan, sehingga saudara perempuannya bersedia membantu agar pekerjaan lekas selesai. "Sulam kasab ini untuk pernikahan Tiwi (Yuzia Partiwi)," kata Nita Harvida sang kakak yang merupakan sarjana seni budaya.

Tradisi calon pengantin perempuan asal Kuala Baru, menyulam kasab benang emas bertahan turun temurun. Inilah yang menyebabkan kerajinan tradisonal itu bertahan dari gerusan jaman. Gadis-gadis Kuala Baru, memiliki keahlian menyulam kasab benang emas, diwariskan dari ibu mereka yang dahulunya berpengalaman membuat pekerjaan sama sebelum dinikahkan.

Adriah (50) perajin sulam kasab di Kuala Baru Laut, mengatkan hampir semua gadis yang hendak nikah di daerahnya membuat sulam kasab sendiri. Namun, belakangan ada juga warga yang memilih menyewanya.

Atas dasar itulah dirinya serta puluhan kaum ibu lainnya menyulam kasab untuk disewakan. "Dahulu wajib gadis yang mau dinikahkan buat sendiri sulam kasab, tapi sekarang ada juga yang menyewa," kata perempuan paruh baya yang sudah menekuni kerajinan sulam kasab sejak 40 tahun silam.

Kuatnya tradisi itu, dahula kala kerap anak-anak perawan harus menunda adat pesta pernikahan lantaran sulam kasab belum selesai. Maklum dikerjakan sendiri, beda dengan saat ini yang diperbolehkan dibantu kaum perempuan lain. "Pada zaman dulu nikah tertunda karena sulam kasab belum selesai. Maklum dikerjakan sendiri serta bahannya sulit diperoleh," kata Mak Uyung, tokoh masyarakat Kuala Baru.

Sulam kasab terbuat dari benang berwarna emas di kain beludru warna merah. Khusus untuk tabir dinding rumah, menggunakan benang emas. Sementara untuk alas tidur, kelambu dan sarung bantal, pengrajin menambah manik-manik agar lebih menarik.

Sulam kasab kain beludru yang dijadikan tabir rumah pesta pernikahan, merupakan perpaduan tiga budaya penduduk yang mendiami Kuala Baru. Seperti suku Aceh, Besisir dan suku Singkil. Kondisi itulah yang membedakan tabir hiasan pesta pernihakan Kuala Baru, dengan tabir daerah lain di Aceh Singkil.

Dekaranasda Aceh Singkil, melakukan pembinaan terhadap pengrajin sulam kasab. Hasilnya cukup lumayan dengan menjadi juara satu kategori desa binaan tingkat Provinsi Aceh. "Pengrajin kain kasab mendapat pembinaan dari Dekrnasda, Alhamdulillah sudah mendapat penghargaan dari provinsi. Sehingga harus dipertahankan," kata Kepala Dinas Infokom Aceh Singkil, Ahmad Rivai.

Sayangnya sulam kasab belum bernilai ekonomis. Warga hanya menggunakannya ketika pesta pernikahan. Kondisi itu lantaran kain beludru jika dipakai sehari-hari terasa panas. "Ke depan Pemkab Aceh Singkil, akan melakukan pembinaan dalam inovasi sulam kasan agar kain yang digunakan bisa dipakai sehari-hari," ujar Ahmad Rivai.

Kuala Baru, dapat ditempuh dari Singkil, ibu kota Kabupaten Aceh Singkil, sejam perjalanan naik perahu melalui sungai. Sementara dari Aceh Selatan, sudah bisa naik mobil melewati Buluhseuma.

Jangan lupa jika ke Aceh Singkil, singgah ke Kuala Baru, melihat gadis-gadis berkulit putih nan rupawan menyulam kain kasab.(dede rosadi)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search