Kamis, 21 Desember 2017

Kisah Pengungsi Gunung Agung Yang Akhirnya Bebas Dari Frustasi Usai Bisa Menikah

TRIBUN-BALI.COM - Dengan kondisi Gunung Agung yang terus erupsi, akan sangat berisiko melangsungkan pernikahan di kampungnya yang masuk wilayah Kawasan Rawan Bencana (KRB) II.

Pengungsi akibat erupsi Gunung Agung, I Putu Agus Wirawan (28) akhirnya menikahi belahan hatinya, Ni Made Ayu Sripatni (23), di Pasraman Prakerti Bhuana, Kelurahan Beng, Gianyar, Bali, Rabu (20/12/2017).

Sebelumnya, dia sempat frustrasi memikirkan pernikahan, karena tidak memungkinan melakukan prosesi pernikahan di rumahnya, di Banjar Lusuh Kangin, Desa Pering Sari, Kecamatan Selat, Karangasem, lantaran berada di KRB II.

Sarana prasarana upakara yang digunakan sebagai alat untuk melangsungkan pernikahan secara Hindu Bali juga sulit didapatkan di sana.

Sebab para tetangga yang hendak dimintai bantuan pembuatannya, saat ini terpencar di posko pengungsian di kabupaten/kota lainnya di Bali.

Pria yang bekerja sebagai petugas keamanan PT Angkasa Pura Bali ini baru bisa bernapas lega, setelah mendapatkan informasi terkait jasa pernikahan di Pasraman Prakerthi Bhuana.

Selain sarana upakaranya lengkap dan bisa diminta sesuai desa kala patra di desanya, biaya yang dikeluarkannya pun relatif murah, yakni Rp 15 juta.

Dengan biaya itu, pihaknya sudah mendapatkan hidangan dan tempat sekelas hotel berbintang untuk 100 orang tamu undangan.

"Rumah saya ada di KRB II, jadi sangat berisiko sekali. Sementara calon istri saat itu sedang hamil, jadi sempat bingung. Beruntung ada teman yang memberi informasi. Jadi langsung menggelar pernikahan di sini. Di sini upacaranya lengkap dan murah," ucapnya.

Sang istri, Ni Made Ayu Sripatni mengaku tak keberatan harus menikah di pasraman.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search