Sabtu, 23 Desember 2017

Kisah Petani Sawah Tadah Hujan di Banjarnegara, Bisa Tanam saat Hujan Namun Gagal karena ...

Laporan Wartawan Tribun Jateng Khoirul Muzakki

TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA - Umumnya banjir terjadi di wilayah hilir atau dataran rendah. Namun banjir di Banjarnegara ini justru terjadi di wilayah dataran tinggi Kalibening yang memiliki ketinggian di atas 1.000 meter di atas permukaan laut.

Musim penghujan ini harusnya jadi berkah bagi para petani di Kecamatan Kalibening yang sawahnya bergantung dengan air hujan. Saat kemarau, seratusan hektar sawah petani di daerah itu telantar karena tak ada asupan air.

Saat lahan terbasahi hujan, para petani mulai mengangkat kembali cangkul di rumah mereka untuk membajak sawah. Namun harapan mereka ini sama besarnya dengan kecemasan yang melanda.

Hujan membantu mengairi sawah petani sehingga padi bisa tumbuh baik. Namun di sisi lain, hujan bisa balik melahirkan petaka jika turun lebat hingga membanjiri sawah.

Khodim, Kepala Desa Kalibening pusing memikirkan sawahnya yang berkali-kali terendam banjir. Sawahnya yang telah menghijau berubah danau hingga pucuk tanaman tertutup muka air.

Baru beberapa hari surut usai banjir pada 18 hingga 19 Desember lalu, 50 an hektar sawah di blok Sindu Kalibening kembali direndam banjir sejak Jumat (22/12).

"Sawah ini milik ratusan petani di enam desa, yakni Desa Gununglangit, Bedana, Sikumpul, Sirukun, Karanganyar dan Kalibening,"katanya, Sabtu (23/12)

Masalahnya banjir di areal persawahan ini tidak mengenal waktu, atau lekas surut lazimnya banjir di tempat lain. Sawah di tempat ini bisa terendam bukan hanya dalam hitungan hari, namun bisa berminggu-minggu atau berbulan-bulan.

Tanaman padi mana yang kuat bertahan jika terus-terusan terendam banjir. Keyakinan petani akan musim hujan yang indah berubah bayangan menyeramkan karena ancaman gagal panen.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search