Sabtu, 23 Desember 2017

Kisah Silicon Valley #33 – Dari Baltik ke Silicon Valley

"Watson, kemarilah – aku ingin melihatmu."

Itu adalah kalimat yang diucapkan Alexander Graham Bell saat menelepon asistennya, Thomas Watson, untuk pertama kalinya setelah dia menciptakan perangkat tersebut pada tanggal 10 Maret 1876. Sebuah pencapaian yang tercatat dalam sejarah.

127 tahun kemudian, seorang pemuda asal Luksemburg tampil di podium dan berkata, "Ide membayar tagihan untuk telepon, adalah ide abad lalu. Software Skype memberikan orang-orang 'kekuatan' baru untuk dapat terhubung dengan teman-teman keluarga dengan mengambil keuntungan dari investasi teknologi dan konektivitas."

Publik bertepuk tangan. Niklas Zennstrom saat itu meresmikan nama baru untuk softwarenya, KaZaA, yang diganti menjadi Skype. Ide dibalik nama baru itu sederhana. Software tersebut menggunakan sistem yang mereka sebut "Sky Peer to Peer" (hubungan antar teman lewat angkasa), jika dipendekkan menjadi "Skyper" – Sayangnya saat itu nama domain "Skyper" sudah ada yang memiliki. Akhirnya mereka menggunakan: Skype.

Sesuai ucapan Zennstrom, Skype melahirkan sebuah revolusi baru di bidang komunikasi yang belum pernah dibayangkan manusia sebelumnya.

Awal Milenium

via a Video Game Life

"Saya tahu, semua sudah selesai ketika saya mengunduh Skype. Saat penemu KaZaA membagikan program kecil untuk berbicara dengan orang lain ini, dan kualitasnya fantastis, dan GRATIS – semua sudah selesai. Dunia akan berubah sekarang."

Demikian ucapan Michael Powel, Chairman FCC (Komisi Komunikasi Federal AS), saat menanggapi popularitas Skype di awal 2000-an. Pada masa itu, demam dot-com (pendirian perusahaan yang mencari keuntungan lewat web dan aplikasi) sedang melanda Amerika. Berita-berita kesuksesan perusahaan semacam itu bergema hingga Eropa. Situasi di AS tersebut menarik perhatian dua orang yang bekerja di perusahaan telekomunikasi Swedia, Tele2, yaitu Niklas Zeenstrom dan Janus Friis. Mereka berdua melihat peluang bisnis baru menyaksikan tingkah polah pengguna teknologi di Amerika. Dari sering mengobrol santai, akhirnya mereka menciptakan produk bernama KaZaA.

KaZaA adalah software berbagi file dengan sistem P2P, yang mana memungkinkan sebuah file untuk ditransfer langsung dari satu komputer ke komputer yang lain tanpa menggunakan server perantara. Ini diilhami dari matinya napster, situs berbagi mp3 yang langsung 'tewas' setelah kebanjiran traffic. Ini tentu saja merupakan konsep yang revolusioner. Dalam mengembangkan program ini, mereka dibantu oleh Jaan Tallinn, seorang programmer berstatus freelancer yang banyak mengerjakan proyek dari Tele2.

Apa manfaat software semacam ini? Tentu saja seperti yang kita bayangkan: berbagi mp3, film, software bajakan, dan banyak lagi. Seiring popularitas KaZaA di dunia internet, maka 'nama besar' mereka langsung 'mengundang perhatian' para penegak hukum. Para pengguna KaZaA menghadapi tuntutan atas pembajakan dan pelanggaran hak cipta berbagai karya musik, film dan software. Apalagi pencurian musik merupakan hal yang mengundang perhatian serius bagi masyarakat AS.

Para pembuat KaZaA sendiri hidup dihantui ketakutan akan ditangkap polisi. "Saat seseorang mengetuk pintu, dan kita tidak yakin siapa itu, maka Niklas akan bersembunyi di bawah meja," demikian salah seorang rekan programmer berbagi cerita. Ketiga orang tersebut menjadi paranoid. Mereka mulai mengenkripsi semua korespondensi dan hard drive milik mereka. Email tidak disimpan selama lebih dari enam bulan. Zennstrom mengubah nomor teleponnya nyaris sesering dia berganti celana dalam.

Meskipun jelas biang masalah bagi penegak hukum, bagi para pengguna internet, mereka dielu-elukan seperti pahlawan. Karena berada di Eropa, tidak semudah itu para penegak hukum AS menjangkau mereka. Zennstrom dan Friis sendiri menghindari mengunjungi AS selama bertahun-tahun karena ketakutan akan ditangkap sesampainya di sana. Karena tidak tenangnya kehidupan mereka, para pendiri KaZaA sempat menghubungi pengacara di AS untuk 'mengajukan perdamaian'. Sayangnya usaha mereka tidak berhasil.

Lahirnya Skype

Karena merasa kehidupan mereka tidak tenang, para perintis KaZaA akhirnya berupaya membuat program berbasis P2P baru lainnya yang sekiranya lebih aman dari masalah hukum. Karena akan sangat disayangkan jika paten teknologi KaZaA berakhir sia-sia. Awalnya mereka sering membahas hal ini di bar favorit mereka, Valli Baar.

via Arstechnica | Photos by Flickr user: siggimus

Bar tersebut tidak memiliki Wi-Fi, sehingga Zennstrom dan Friis merencanakan untuk membuat program berbagi Wi-Fi. Entah kenapa pembicaraan mereka berbelok dari membicarakan masalah 'berbagi Wi-Fi' jadi akhirnya membahas sebuah 'telepon lewat Wi-Fi' dan berakhir dengan kesimpulan: Mereka harus mencoba sebuah software yang bisa digunakan untuk menelepon, berkirim pesan, dan tetap berbagi file secara P2P! Pada musim semi 2003, versi alpha Skype dikodekan dan dibagikan untuk testing kepada 20 orang.

Berbicara kepada komputer pada saat itu terdengar konyol. Sama konyolnya dengan berbicara dengan 'tangan' saat pertama kali ponsel muncul. Feedback terhadap versi awal Skype tidak menunjukkan antusiasme. Suaranya penuh gangguan, dan banyak masalah lainnya. Tapi jika membayangkan bahwa kita bisa berbicara dengan orang lain tanpa memandang batas jarak dan TANPA BIAYA, maka ini terasa revolusioner!

Skype tidak pernah dimaksudkan untuk 'melanggar hukum', namun sayangnya, pada awal popularitasnya berkembang, software ini banyak sekali digunakan oleh kriminal. Saling menelepon, memberi laporan, berbagi file, tanpa adanya jejak rekaman yang dapat ditelusuri seperti halnya telepon, tentu saja merupakan hal yang menguntungkan! Polisi internasional pun menjadi gemas oleh software ini. Apalagi pada era berkembangnya carding (pencurian data kartu kredit yang kemudian digunakan untuk berbelanja melalui internet), Skype adalah salah satu alat utama untuk berbagi file bagi para pelaku kejahatan internet tersebut. Karena sudah ingin 'hidup lurus' dan tidak lagi ingin diganggu tuntutan hukum, perusahaan yang didirikan Zennstrom dan Friis ini berupaya keras memerangi kejahatan internet, bahkan bekerja sama dengan kepolisian untuk membantu mengungkap kriminalitas internet yang memanfaatkan teknologi mereka.

Keberhasilan Skype menjadikan beberapa perusahaan telekomunikasi tertarik, lalu mengembangkan software serupa. Misalnya perusahaan telekomunikasi Estonia, Elion, membuat software Netifon yang pada awalnya kelihatan lebih keren dari Skype. Sayangnya tidak berapa lama, program tersebut ditutup karena 'terlalu rumit bagi pengguna'. Skype sendiri memiliki keuntungan jika dibandingkan kompetitornya karena sangat matang. Program ini bisa menyelinap mudah melalui firewall, tidak meninggalkan jejak di internet, dan bahkan suara yang dikirimkan sudah mulai bening dengan interface yang mudah dioperasikan! Seorang programmer awal Skype, Lauri Tepandi, dengan bangga menyatakan, "Sejak awal, kami sudah menulis program tersebut agar sederhana, mudah diinstal dan digunakan oleh ibu rumah tangga tanpa pengetahuan tentang firewall, IP Address, atau istilah teknologi lainnya.. Dan kami berhasil."

Pada tahun 2003, Skype terdaftar secara resmi sebagai perusahaan dagang di Luksemburg. Hanya tujuh orang yang memegang saham perusahaan ini: Zennstrom, Friis, serta para programmer yang sudah malang melintang bersama mereka sejak awal: Annus, Geoffrey Prentice, Tallinn. Setelah sempat mengalami pasang surut keuangan karena harus membiayai infrastruktur (yang harus ditingkatkan terus menerus karena jumlah pemakainya yang semakin melimpah), akhirnya Zennstrom dan Friis memutuskan bahwa perusahaan ini harus go-public dan menerima investasi!

Visi dan misi perusahaan yang jelas, serta produk yang unggul, menjadikan Skype sangat menarik di mata investor. Perusahaan ini 'melantai' di bursa saham untuk pertama kalinya pada 29 Agustus 2003. Uniknya, tim Skype yang saat itu hanya berjumlah 20 orang, merayakan kesuksesan mereka dengan menonton Startup.com – sebuah film dokumenter tentang bubble teknologi (bangkrutnya perusahaan-perusahaan berbasis dot-com dan teknologi di awal 2000-an). Pada hari pertamanya, Skype diunduh oleh 10.000 orang. Hanya dalam beberapa bulan, Skype sudah mengumpulkan satu juta pengguna!


Skype semakin populer dan orang-orang bertanya-tanya sampai sejauh mana mereka bisa sukses. Ikuti kisah penaklukan Skype terhadap dunia telekomunikasi selanjutnya dalam Kisah Silicon Valley #34 – Jawara Bidang Telekomunikasi

Referensi

Aman. (2011). Skype – The Success Story! [Infographic]Technolism

Angelov, Bojan. Skype: Leading the VOIP Revolution. Case Study. Polytechnic University.

Jacob, Jijo. (2011). The rise and growth of Skype: A Baltic success sagaibtimes.

Manzoor, Sarfraz. (2010). Why Skype has conquered the world. The Guardian.

Tanavsuu, Toivo. (2013). "How can they be so good": Strange story of SkypeArstechnica.

  Fitur Paling Keren di Windows 10  

[embedded content]

NB: Subscribe channel Kepoin Tekno agar tidak ketinggalan berbagai info menarik dan bermanfaat seputar teknologi, setiap hari.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search