
Laporan Wartawan Tribun Manado Finneke Wolajan
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Tommy Kho Wijaya (49) dan Goan Loho (50) tampak bersantai di rumah kopi samping Klenteng Altar Agung, di kawasan pecinan, Manado, Rabu (28/2). Secangkir kopi menemani kedua Tang Sin yang akan bertugas di prosesi Cap Go Meh, Jumat (2/3) mendatang.
Mereka tampak santai bercengkeramah dengan sejumlah lelaki berbaji putih lainnya. Tawa dan canda tampak terlihat dari pembicaraan mereka.
Ekspresi yang jauh berbeda saat Tommy dan Goan mengikuti prosesi Kwan Seng Ta Tie mencapai kemuliaan di Klenteng Altar Agung. Mereka menjadi sosok yang sangat berbeda, ketika Dewa Lo Tjia merasuki tubuh keduanya, saat prosesi itu berlangsung.
Menjadi Tang Sin bagi keduanya merupakan semua kebanggaan. Meski menjalaninya pun penuh tantangan. Bersyukur bisa membantu umat, lewat tubuh yang dirasuki sang dewa.
"Jadi Tang Sin itu tujuan utamanya menolong umat dan mengabdi pada Tuhan. Banyak pengorbanan, tapi berkat juga banyak. Bukan secara materi, tapi berkat sukacita," demikian Tommy yang sudah 30 tahun menjadi Tang Sin. Sementara Goan, baru enam tahun terakhir.
Menjadi Tang Sin tak sembarang. Banyak orang ingin jadi Tang Sin, tapi tak semua bisa. Seumpama bisa, akan banyak Tang Sin di tiap klenteng, demikian Tommy. Dari yang baik, harus ada yang terbaik.
"Jadi Tang Sin harus lihat jodohnya, ada banyak hal. Tak segampang orang yang mau-mau saja jadi Tang Sin. Banyak yang mau, tapi yang bisa harus mengikuti prosesnya dulu. Dari awal kan harus ada juga persetujuan keluarga dulu," ucapnya.
Tommy dan Goan tahu betul risiko menjadi seorang Tang Sin. Apalagi saat prosesi Cap Go Meh berlangsung. Namun itu tergantung dari kerja sama tim yang akan melakukan prosesi.
Dalam satu tim, ada 15 orang. Terdiri dari Tang Sin sendiri, dua pendamping, pemegang bendera, penabuh tambor dan personel lain yang menyediakan semua keperluan prosesi nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar