JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah patung berbalut pakaian-pakaian cantik "bergaya" di bawah sinar temaram di salah satu sudut Museum Sejarah Jakarta.
Suasananya begitu memanjakan mata.
Selain penerangan yang cenderung redup, beragam penggalan kisah tersemat dekat dengan manekin-manekin berpakaian Muslim itu.
Adalah koleksi dari enam desainerAustralia yang akan dipamerkan pada ekshibisi di Museum Sejarah Jakarta, Kota Tua hingga 18 Maret 2018.
Tema yang dibawakan dalam acara bertajuk "Faith Fashion Fusion: Muslim Women's Style in Australia" pun beragam.
Baca juga: Faith Fashion Fussion, Mekarnya Tren Busana Muslim di Australia
Kuasa Usaha Kedutaan Besar Australia Allaster Cox menyampaikan, koleksi tersebut adalah ekspresi diri para desainer.
Lewat pameran itu pula ditunjukkan kisah-kisah perempuan muslim di Australia.

Secara keseluruhan, kata dia, pameran tersebut ingin menunjukkan Australia modern dan terkini.
Komunitas Muslim di Negeri Kangguru pun menurut Cox, telah meningkat dalam beberapa waktu terakhir. Jumlahnya mencapi sekitar 5-6 persen dari total populasi di negara itu.
"Kira-kira 300 ribu. Kebanyakan berasal dari Timur Tengah. Lebanon, Palestina, Libya, Napoli, Syiria."
"Banyak juga dari Indonesia dan Malaysia, khususnya di Melbourne dan Sydney," tutur Cox lagi.
Pihak Pemerintah Australia mengaku ingin meningkatkan kerjasama dengan Indonesia di bidang industri kreatif khususnya fesyen.
Tidak hanya dengan menyelenggarakan pameran fesyen di Indonesia, tapi juga lewat kerjasama antar-perancang.
Koleksi busana fashion blogger dan desainer asal Australia, Delina Darusman-Gala dan desainer Indonesia Jenahara Nasution dipilih untuk membuka pameran tersebut.
Ada pun pameran serupa sudah pernah digelar di Sydney, sejak tahun 2012. Nantinya acara serupa akan diadakan di setiap ibukota negara bagian di Australia.
Baca juga: Kolaborasi 4 Desainer dan Blibli.com Hadirkan Fashion Fusion
Sedangkan untuk di luar negeri, pameran sudah dilakukan di Malaysia dan Indonesia.
Kurator Museum of Applied Arts & Science, Glynis Jones menjelaskan, benang merah koleksi adalah pakaian perempuan muslim dari segala jenis.

Meski jumlah umat Muslim di Australia relatif masih sedikit, namun angkanya terus bertambah.
Dari segi fesyen, mereka tetap memamerkan pakaian sesuai dengan gaya hidup kosmopolitan di Australia.
Sebab, kebanyakan dari populasi Muslim tersebut adalah mereka yang lahir di Australia.
Respons dari pameran pakaian Muslim, menurut Jones, tergolong sangat menarik. Sebab, tidak semua yang datang dan menikmati adalah umat Muslim.

Dia menyebut, 50 persen pasar Aheda pun adalah kalangan non-Muslim.
Salah satu alasan "modest wear" semakin bertumbuh di Australia adalah karena banyak anggota masyarakat di sana yang mulai mencari pakaian yang lebih longgar.
"Mereka tidak banyak menemukan pada mainstream fashion selain pakaian yang terlalu pendek atau terlalu ketat."
"Mereka ingin potongan yang lebih longgar, lebih panjang. Dan komunitas Muslim membawa tren itu," kata Glynis.
Baju renang hingga pakaian kasual
Sambil melihat koleksi yang dipamerkan, pengunjung juga bisa membaca kisah para desainer soal umat Muslim di Australia.
Misalnya Eisha Saleh, desainer sekaligus Direktur "Baraka Women" berbisnis pakaian Muslim karena pengalaman masa lalunya.
Saat mengenakan hijab, Eisha kesulitan menemukan pakaian yang trendi namun tetap sesuai syariat Islam, dengan siluet panjang dan longgar.
Ia pun kemudian mendirikan Baraka Women, dengan koleksi yang cenderung minimalis dan menonjolkan print dan motif.
Sementara itu, founder sekaligus desainer "Ahiida", Aheda Zanetti punya alasan lain di balik langkahnya membuat brand pakaian renang dan olahraga.

Ahiida pun kini menjadi merek yang tergolong dikenal di kancah global.
Sedangkan Howayda Moussa dan Hanadi Chehab memiliki nilai lain yang dibawa lewat koleksinya di "Integrity Boutique".
Sasaran pasar Integrity tak hanya perempuan Muslim, tapi juga perempuan non-Muslim.
Koleksi mereka banyak menonjolkan detail mengkilap yang memberi kesan mewah serta bermain pada bahan.
"Kami ingin baju kami menjadi milik semua orang."
"Kami ingin para perempuan Muslim tidak merasa berbeda dengan yang lain, serta masih bisa bergaya," tulis mereka dalam deksripsi koleksinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar