Senin, 17 April 2017

Kisah Mereka yang Terlupakan di Sudut Terpencil Jakarta

Nenek 70 tahun di Tambora. (Kiki BH/Kriminalitas.com).

KRIMINALITAS.COM, Jakarta – Selain dinobatkan sebagai wilayah terpadat se-Asia Tenggara, kawasan Tambora, Jakarta Barat juga merupakan salah satu wilayah kumuh di ibu kota. Utamanya di Kelurahan Kalianyar, Kecamatan Tambora.

Pantauan Kriminalitas.com, wilayah yang terletak tak jauh dari pertokoan Roxy itu memang terlihat sangat padat.

Di sepanjang jalan di wilayah Kalianyar berderet ribuan rumah yang jaraknya sangat berhimpitan. Bunyi klakson kereta api menambah bisingnya kehidupan di sudut Jakarta itu. Maklum, wilayah tersebut memang berada di tepi rel kereta api di sekitar stasiun Duri, Jakarta Barat.

Menelusuri padatnya wilayah Tambora, suara bising ditambah dengan banyaknya gang-gang sempit membuat wilayah ini sangat kontras dengan kemegahan Jakarta yang selalu ditayangkan di layar kaca.

Bahkan, dalam gang-gang yang berjejer tersebut, masih terdapat gang pula di dalamnya yang tak bisa dilintasi sepeda motor. Sinar matahari pun tak mampu menembus pengapnya gang di wilayah itu.

Gang tersebut hanya cukup untuk satu orang. Bak mobil di persimpangan jalan, apabila ada orang yang berjalan dari arah berlawanan, satu diantaranya harus rela mengalah untuk memberikan jalan.

Beberapa puluh meter melangkahkan kaki di dalam gang yang tak bernama itu, Kriminalitas.com pun bertemu dengan seorang lansia yang tak berdaya di rumahnya yang telah lapuk dimakan usia.

Keadaan rumah nenek 70 tahun di Tambora. (Kiki BH/Kriminalitas.com).

Rumah nenek yang enggan disebutkan namanya itu berada di pojokan gang kecil nan gelap. Hanya satu lampu yang menerangi ruang tamu yang sekaligus menjadi tempat sang nenek merebahkan diri.

Sambil menonton televisi, nenek berusia 70 tahun yang kerap disapa umi ini hanya bisa tiduran. Kata sang anak, ibundanya ini terkena stroke ringan yang membuatnya tak bisa melakukan aktivitas.

"Ibu saya sakit udah hampir sebulan. Nggak bisa bangun sama sekali," kata sang anak yang minta namanya tak disebutkan kepada Kriminalitas.com, Minggu (16/4/2017).

Dalam rumah yang sangat sempit itu, sang nenek tinggal bersama ke empat anaknya yang telah berkeluarga. Adapun anak serta menantu sang nenek hanya bekerja serabutan menjadi kuli panggul di Pasar Tanah Abang.

Bermodalkan kayu-kayu yang disusun sedemikian tupa, rumah kecil ini dibuat menjadi tingkat untuk menampung seluruh keluarga asal Majalengka, Jawa Barat itu. Tampak sarang laba-laba menghiasi atap rumah mereka.

Sang anak mengaku sampai saat ini tidak pernah ada bantuan ketuk pintu dari pemerintah yang datang ke rumahnya untuk memeriksa kondisi ibunya.

"Sama sekali belum pernah ada petugas kesehatan yang datang ke sini untuk memeriksa," ucap sang nenek berkaus merah dengan suara lirih.

Sang anak berharap adanya petugas kesehatan yang datang untuk memeriksa kondisi ibunya. Sebab, ia mengaku kesulitan bila harus membawa orangtuanya bolak-balik mendatangi puskesmas atau rumah sakit untuk memeriksa kesehatan.

"Kondisi ibu saya nggak bisa bangun begini. Kalau dibawa ke rumah sakit kasihan ibu saya. Belum lagi untuk biaya ongkos ke sana kan harus keluar duit juga," ujarnya lirih.

Scroll ke bawah untuk berita lainnya.

Dinda Chairina and Elga Hikari Putra

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search