TAGOR SIAGIAN/LASSAK IMAJI
Rika Wijayanti (kanan), pilot Pelatnas Paralayang Asian Games 2018, berhasil menjuarai Kelas Putri Seri II Piala Dunia Ketepatan Mendarat Paralayang (PGAWC) 2017 di Pegunungan Vrsac, Serbia, 7-9 April lalu. Sedangkan Ike Ayu Wulandari keluar sebagai runner-up.
JUARA.net- Atlet paralayang asal Jawa Timur, Rika Wijayanti, berhasil mengharumkan nama Indonesia di Seri II Piala Dunia Ketepatan Mendarat Paralayang (Para Gliding Accuracy World Cup/PGAWC) 2017 di Pegunungan Vrsac, Serbia, pada 7-9 April.
Di Kelas Putri, Rika menjadi juara diikuti oleh rekannya Ike Ayu Wulandari, juga dari Jawa Timur, sebagai runner-up bersama Milica Marinkovic (Serbia). Perolehan nilai Ike dan Milica sama.
Berlomba di kawasaan Eropa Timur itu, Rika dan atlet Indonesia lain benar-benar mendapatan ujian mental akibat kerap batal terbang dikarenakan kecepatan angin mencapai 30 km/jam di lokasi take-off (lepas landas).
Kelas Umum adalah peringkat gabungan semua pilot, baik putri maupun putra. Maka tak heran jika Rika (nilai 3) yang berada di urutan 14 berhasil melampaui kakaknya, pilot senior Joni Efendi, yang berada diperingkat 28 dengan nilai 6.
Rika, 23 tahun, yang mulai berlatih paralayang di usia 16, terinspirasi kakaknya.
Lokasi pendaratan para penggemar olahraga udara di Batu, Malang, Jawa Timur yang dekat dengan rumahnya, membuat Rika jatuh hati pada olahraga terbang yang memakai parasut.
Namun, diakuinya hasil pembinaan mental dari sang kakak yang membuatnya bisa fokus sejak ronde awal di Serbia.
"Kami hanya berkesempatan berlatih sehari sebelum kejuaraan, itupun pagi saja. Saya selalu menganggap tiap ronde adalah ronde terakhir. Mengingat angin cenderung kencang di sore hari, saya berusaha mencapai nilai tertinggi di ronde awal," ujarnya pada Tagor Siagian, staf Humas Federasi Aero Sport Indonesia (FASI).
Strategi Rika terbukti jitu. Di saat pilot-pilot Benua Eropa yang sudah sangat akrab dengan pegunungan Vrsac belum panas, Rika sudah memberikan efek kejut dengan nilai 3!
Begitu ronde kedua tidak bisa dilanjutkan, nilai anak bungsu dari empat bersaudara yang pertama berlomba pada 2013 itu tak terkejar oleh pilot-pilot unggulan.
Nilai merupakan jarak pilot menginjak tanah pertama kali ke titik nol. Jika pilot menginjak tanah 127 cm dari titik nol, nilainya adalah 127.
Suasana Seri I Piala Dunia Ketepatan Mendarat Paralayang (PGAWC) 2017 di Gunung Tumpa, Manado, Maret lalu. Konsentrasi penuh dalam mengantisipasi perubahan arah angin yang mendadak menjelang mendarat sangat menentukan.
TAGOR SIAGIAN/LASSAK IMAJI
Karenanya, nilai terkecil justru menentukan juara. Maka, keberhasilan menginjak tepat titik nol menjadi idaman semua pilot.
Selisih satu sentimeter pun menjadi pertaruhan nasib seorang pilot dalam sebuah kejuaraan. Terbukti, dari hasil Seri II di Serbia, selisih nilai para pilot 10 besar sangat tipis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar