Minggu, 08 April 2018

Kisah Sambal di Lidah 'Bule'

EliseDwi Ratnasari & Christina Andhika Setyanti, CNN Indonesia | Minggu, 08/04/2018 12:49 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Sambal menjadi salah satu pelengkap yang seakan tak pernah absen di meja makan. Rasa pedasnya akrab di lidah orang Indonesia. Namun, 'keakraban' ini tak begitu dirasakan orang-orang luar Indonesia khususnya orang Barat. Namun, benarkah demikian?

Saat kunjungan kuliner CNNIndonesia.com ke Eropa beberapa bulan lalu, warga Eropa terlihat cukup antusias mencicipi makanan Indonesia. Namun sebelum menyantapnya, sebuah pertanyaan muncul dari mulut mereka.

"Ini pedas ya?" kata salah satu tamu asing yang hadir. 

Tak dimungkiri selama ini banyak orang Eropa yang menilai bahwa masakan Indonesia terbilang pedas dan 'agresif.' Selama ini, pedas adalah salah satu alasan warga Eropa enggan menyantap makanan Indonesia.


Sekalipun ada ketakutan tersendiri untuk menyantap makanan pedas, terutama sambal, namun ini tak berarti kalau sambal dan makanan pedas asli Indonesia lainnya bakal 'melempem' di kuliner internasional. 

"Sambal itu sangat mungkin diperkenalkan ke negara asing, dan sambal sudah lebih banyak dikenal di Belanda. Karena mungkin orang belanda lebih familiar dengan sambal," kata
Chef Vindex Tengker saat dihubungi CNNIndonesia.com.

Vindex yang baru saja membuka restoran makanan Indonesia, Kasih di Los Angeles ini pun mengungkapkan bahwa restorannya juga berfokus untuk memperkenalkan sambal bagi orang asing.

"Kebetulan fokus restoran kami memang pada sambal, jadi kami menyediakan berbagai macam varian sambal ditambah dengan kerupuk," katanya.

"Sambal-sambal yang diperkenalkan adalah sambal terasi, sambal ijo, sambal nanas dan sambal embe bali. nantinya secara perlahan juga memperkenalkan sambal dari daerah lain seperti sambal matah dan sambal colo-colo."

Restoran fine dining dan hotel-hotel mewah di Jakarta pun kini menghadirkan kreasi olahan sambal khas Indonesia karena melihat adanya potensi besar dari kuliner ini. Lisa Virgiano dari Kaum Jakarta mengungkapkan bahwa banyak pelanggan asingnya yang suka dengan adanya sambal ini. Pelanggan asing, kata dia, sudah mulai berani mencoba makanan pedas.

"Ada beberapa yang suka walau terlalu pedas buat mereka dan ingin dikurangi level kepedasannya."

ilustrasi sambalFoto: CNN Indonesia/Hesti Rika
ilustrasi sambal

Sambal Bule

Jika kebanyakan orang Eropa takut dengan sambal dan makanan pedas lainnya. Salah satu warga asing yang berprofesi sebagai chef di salah satu restoran di Indonesia chef Cedric Vongrichten justru mengungkapkan kedekatannya dengan cita rasa pedas asli Indonesia ini. 

Kala ditemui di pembukaan restorannya, Cedric Vongrichten menuturkan pertama kali dirinya berkenalan dengan sambal rasanya memang begitu pedas. Namun, sebenarnya ia telah akrab dengan masakan dengan rasa pedas.

"Kapan ya pertama kali mencoba sambal, sepertinya 10 tahun lalu. Saya sudah pernah mencoba banyak makanan pedas, apalagi di New York ada banyak makanan Meksiko," kata Cedric pada CNNIndonesia.com di Vong Kitchen, Hotel Alila, Kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Kamis (5/4).


Meski sulit mengingat sambal apa yang ia coba, tapi ia berkata sambal akan terasa nikmat jika dipadu dengan makanan lain. Menurutnya sambal menambah nikmat sajian berupa ikan atau daging domba.

Indonesia memiliki beragam varian sambal, tapi Cedric mengatakan dirinya menyukai sambal matah. Sambal matah biasanya terbuat dari irisan bawang merah, cabai, serai, daun jeruk, cabai dan perasan jeruk nipis.

"Saya suka sambal matah. Aromanya begitu segar. Saat kami menggunakan sambal matah di New York, kami bisa mengaplikasikannya ke beragam masakan," ujarnya.

Putra koki kenamaan, Jean-Georges Vongrichten ini pun mencoba bereksperimen membuat sambal. Ia menamakannya 'sambal bule'.

"Namanya sambal bule, bule itu saya yang membuat sambal," katanya disusul tawa.


Cedric menjelaskan sambal kreasinya terbuat dari habanero. Habanero sendiri ialah cabai pedas dari Meksiko. Pedasnya melebihi cabai rawit. Jadi bisa dibayangkan seperti apa pedasnya sambal bule ini. Sambal bule, lanjutnya, juga menggunakan bahan lain seperti tomat dan cuka.

Bahkan sambal bule ini pun juga dibawanya ke restoran miliknya, Vong Kitchen. Di restoran ini, kata dia, dia mencoba menghadirkan 'New York vibe' di Jakarta, ia optimistis masakannya diterima lidah orang Indonesia.

Dibantu sang istri, Ochi Latjuba yang asli Indonesia, ia mencoba memahami keinginan konsumen Indonesia.

"Kami restoran Barat tapi istri saya mengerti bagaimana penyajian, dia tahu orang bakal suka atau enggak," pungkasnya.

(rah)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search