Kamis, 18 Mei 2017

Kisah Gadis Bipolar Indonesia Jadi Seniman Hingga ke Inggris

Jakarta, CNN Indonesia -- September 2016 lalu, Hanna Alfikih (25) menjadi delegasi yang dikirim British Council Indonesia untuk mengikuti Unlimited Festival di London, Inggris. Festival itu menjadi ruang bagi mereka yang menyandang kebutuhan khusus.

Sebagai seorang seniman, melihat karyanya diberi tempat dan diapreasiasi, bagi Hanna lebih dari sebuah kebanggaan. Tapi juga mendorong dia yang mengalami gangguan bipolar pun merasa bahwa seni sebagai 'obat'.

"Seni itu menjadi terapi dan ketika dapat apresiasi, saya bersyukur bahwa orang pun melihat saya bukan lagi sebagai penderita bipolar, tapi karena karya yang saya hasilnya," ungkap Hanna yang mengubah nama belakangnya menjadi 'Madness'.


Sejak masih kanak-kanak, Hanna mengaku telah merasakan gejala yang tidak biasa pada dirinya.

Puncaknya saat menginjak sekolah menengah pertama (SMP) sampai sekolah menengah atas (SMA) ia mengatakan tidak dapat mengendalikan emosinya.

Belum lagi tekanan dari lingkungan sekitar termasuk orang tuanya membuat dia semakin terpuruk.

"Orang tua saya bilang saya tidak punya masa depan," katanya.

Karya para disabilitas mental dipajang di Kemendikbud Jakarta.Karya para orang dengan disabilitas mental dipajang di Kemendikbud Jakarta. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri)

"Saya sempat kabur-kaburan dari rumah, puncaknya saya kabur ke kos temen dan menetap di sana selama satu pekan. Teman saya bingung karena saya tidak berhenti menangis, lalu dia telpon orang tuanya," tutur Hanna.

Berkat bantuan orang tua sang teman, Hanna dibawa ke psikiater untuk memeriksa kondisi kejiwaannya. Mulanya, dia didiagnosa menderita skizofrenia, karena terlalu banyak berhalusinasi.

"Lalu sampai pada saat saya dirawat di RSCM, hasil diagnosanya saya menderita bipolar psikotik," katanya.

Mengetahui kondisi itu sempat membawa Hanna terpuruk, belum lagi lingkungan yang menolak keberadaan dia. Namun, hal itu tidak sepenuhnya membuat Hanna patah semangat, dia coba mengatasinya dengan hal yang disukai.


"Saat duduk di bangku sekolah, kondisi saya pernah tidak bisa terima pelajaran. Lalu saya putuskan membawa buku gambar. Saya berusaha menghasilkan uang sendiri dari sana karena hubungan dengan keluarga tidak baik," ungkap Hanna.

Bekal kemampuan dia menggambar, Hanna pun berhasil menjual sejumlah desain buatan dia sendiri untuk menghidupi diri sendiri sejak memutuskan keluar dari rumah saat SMA.

"Saya juga bergaul dengan anak-anak IKJ, kemudian ikut pameran agar orang tidak fokus pada gangguan saya. Saya keluar rumah karena selalu takut, kalau sudah di rumah, orang tua main tangan," ungkapnya.

Melalui seni, anak-anak dengan disabilitas mental dapat melatih dan menyampaikan pesan kepada orang lain.Melalui seni, anak-anak dengan disabilitas mental dapat melatih dan menyampaikan pesan kepada orang lain. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri)

Sampai pada suatu kali, Hanna mulai menata hidup dan mengalihkan emosinya yang terkadang tak menentu itu dengan menggambar.

Alhasil, tidak hanya mampu mendapat penghasilan dari karya seni, Hanna juga mengaku dapat mengendalikan diri tanpa bantuan obat penenang.

"Apresiasi itu yang mengobati dan membuat saya merasa lebih baik. Saat ini saya sudah tidak minum obat, dan menjalani diet vegan untuk mengontrol emosi," katanya.

Dengan kondisi kini yang dianggap telah lebih baik, Hanna pun ingin bahwa apa yang dialami dapat dirasakan para penyandang disabilitas lainnya.


Dia berharap apresiasi dapat diberikan kepada mereka yang berusaha untuk menjalani kehidupan sewajarnya orang lain.

"Kalau tidak diapresiasi mau seperti apa lagi kami ini, seni itu penting membantu saya dan yang lainnya untuk bertahan," kata Hanna.

Bersama kesembilan penyandang disabilitas mental lainnya, Hanna ikut terlibat memamerkan karya pada pameran 'Jejaring Art Brut Indonesia' yang digelar mulai 17-21 Mei 2017 di Plasa Insan Berprestasi, Kemendikbud, Jakarta.

Art Brut merupakan karya dari tangan orang dengan masalah kejiwaan.

Karya lukis mampu mengolah kemampuan motorik orang dengan disabilitas mental dan membuatnya jadi lebih baik dalam mengendalikan diri. Seni lukis mampu mengolah kemampuan motorik orang dengan disabilitas mental dan membuatnya jadi lebih baik dalam mengendalikan diri. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri)

Disampaikan Restu Gunawan, Direktur Kesenian Kemendikbud, pameran ini diadakan untuk memberikan persamaan hak sekaligus pembuktian bahwa para penyandang disabilitas bukan jadi penghalang untuk berkreativitas.

"Kami coba memberikan mereka ruang untuk mereka berkreasi dan tampil, kami buat jejaring pada mereka agar tidak merasa sendiri dan memberi pandangan pada masyarakat luas mereka juga punya potensi, dalam hal ini melukis," ujar Restu. (end)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search