Rabu, 17 Mei 2017

Kisah Lita, Mantan SPG yang Jadi Sopir Alat Berat demi Keluarga

Pangkalan Kerinci - Lita Syafriana (22) tidak pernah bercita-cita menjadi sopir forklift. Alat berat pengangkut barang yang biasa 'ditunggangi' para pekerja pria ini kini menjadi akrab di tangan lembutnya.

Lita awalnya tidak punya pilihan. Ekonomi keluarga yang tak menentu membuatnya harus berjuang mencari penghasilan yang lebih layak.

Lita harus menghidupi orangtua dan adik-adiknya. Awalnya, wanita lulusan SMA ini mencari peruntungan dengan berbagai pekerjaaan.

Pertama Lita bekerja sebagai SPG di pusat perbelanjaan. Belum genap setahun, dia sudah pindah lagi ke tempat kerja lain sebagai tenaga administrasi di sebuah klinik hingga menjajal pekerjaan karyawan laundry.

Namun penghasilannya belum cukup untuk menghidupi keluarga. Hingga pada suatu waktu, sebuah kesempatan datang menghampirinya untuk bekerja di sebuah pabrik penghasil kertas.

Kendati demikian, pekerjaan yang ditawarkan bukanlah pekerjaan yang lazim untuk perempuan, yaitu menjadi sopir forklift. Lita pun kaget mendapat tawaran tersebut karena tidak pernah mengoperasikan alat berat itu.

"(Saya) Ditawarin, sanggup enggak jadi driver forklift. Awalnya ya ragu, caranya gimana ya. Cuma keputusan perusahaan seperti itu. Saya cobalah lalu ikut training," ungkap Lita saat berbincang dengan di tempat kerjanya di Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), Pangkalan Kerinci, Riau, Rabu (17/5/2017).

Bahkan di suatu kesempatan, dia pernah bertanya kepada pemimpinnya soal perempuan yang dijadikan sopir forklift. "Kenapa aku yang dipilih karena pertama naik itu aku pikir ini kerjaan laki-laki. Namun dijelaskan kalau sebelumnya laki-laki yang membawa forklift, tapi dia kerjanya kasar jadi produk jatuh," papar Lita.

 Kisah Lita, Mantan SPG yang Jadi Sopir Alat Berat demi Keluarga Lita pernah bekerja sebagai SPG di pusat perbelanjaan (Foto: Mustiana Lestari)

Tekad kuat Lita untuk belajar tidak sia-sia. Meski awalnya harus mengalami insiden kecelakaan kecil saat mengendarai forklift, Lita kini sudah cukup mahir.

"Produknya jatuh pernah. Tabrak dinding juga pernah," kata anak kedua dari lima bersaudara ini.

Lita mengaku butuh waktu sebulan untuk penyesuaian. Dia perlahan mulai menguasai membawa forklift yang mengangkut palet yang berisi kertas tersebut.

"Dua hari pertama kerja saya suruh bawa forklift. Dikasih tahu maju mundur, rem. Kalau diinjak ini tidak akan jalan. Cobalah, pas sebulan masih kurang untuk mengendalikan ban belakang," tuturnya.

Sejak awal Lita tidak hanya menghadapi masalah operasional, melainkan juga kerap diejek teman-temannya karena mempunyai pekerjaan maskulin. "Tapi aku jawab saja memang mau bagaimana lagi," ucapnya pasrah.

Lita meyakini dengan mengendarai forklift berbeda dengan mengendarai mobil. Meski begitu, dia juga mengaku hingga kini belum bisa mengendarai mobil.

Lebih lanjut menurutnya beberapa hal perlu menjadi perhatian saat mengoperasikan alat berat ini. Salah satunya soal kehati-hatian.

"Yang paling penting keseimbangan dan feeling. Kalau enggak nanti nabrak dan produk jatuh. Selain itu kelayakan. Sebelum jalan itu harus cek rem. Kalau ada masalah lapor mekanik," tutur Lisa.

Dari pekerjaan ini, Lita sadar bahwa perempuan juga bisa menjalani pekerjaan yang identik dengan laki-laki. Bahkan jika diberi kesempatan dia ingin menjajal alat berat lainnya.

"Kalau sudah boleh dari atasan, nanti kalau mau nyoba yang lain pasti gampang," harap dia.

Ketekunan Lita mendapat apresiasi dari atasan atau Superintendent Finishing pabrik RAPP, Novriadi. Dia mengatakan pekerjaan Lita lebih bagus dan teliti.

"Tapi kalau sekarang dia nabrak lagi saya kasih warning potong gaji," kata Novriadi sambil tertawa.

Kebijakan Novriadi menempatkan perempuan sebagai sopir forklift memang kerap dipertanyakan. Apalagi tidak ada bagian lain di pabrik RAPP yang menjadikan perempuan sebagai sopir forklift.

"Banyak yang tanya cuma ya saya jelaskan," ucap dia singkat.

Novriadi merasa keputusannya tidak salah. Dia pun bersyukur ekonomi Lita membaik setelah bekerja di RAPP.

(nwy/try)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search